Cagar Alam Dolok Sibualbuali babak-belur dihantam deforestrasi. Masyarakat Sipirok kekurangan sumber pengairan bagi pertanian maupun untuk air minum.
Penulis: Efry Nasaktion | Editor: Budi Hutasuhut
"Sudah bertahun-tahun tahalak rusak dan kami tak diperbaiki," kata Marwan, petani yang tinggal di Desa Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Marwan memiliki lahan budidaya padi sawah di saba julu bermuatan 150 kaleng. Ia mengelolanya sekali setahun, mengandalkan debit air irigasi yang minim di aliran Aek Lappesong.
Lahan pesawah itu berubah menjadi lahan tadah hujan (hanya dikerjakan saat musim hujan) itu. Ada ratusan hektare areal budidaya padi sawah di Kecamatan Sipirok yang tak lagi produktif. Lahan yang berada di lereng kawasan pegunungan bukit barisan, itu kekurangan airakibat irigasi yang ada telah rusak dan tak kunjung diperbaiki.
Masyarakat telah berkali-kali mengeluhkan rusaknya infrastruktur irigasi itu, namun tak kunjung ada tanggapan. Kondisi ini menyebabkan Kecamatan Sipirok yang terkenal sebagai penghasil beras terbaik (dahanon Sipirok) menjadi kehilangan pamornya.
Beras asal Sipirok yang merupakan komoditas primadona dan selalu jadi incaran para konsumen karena rasanya yang lebih enak. Selama lima tahun terakhir produksinya cenderung menurun tiap tahun.
Minggu, 19 Januari 2025 lalu Sinar Tabagsel menelusuri Aek Lappesong, sungai kecil sepanjang sekitar 25 km yang berhulu di Cagar Alam Dolok Sibualbuali dan bermuara di Aek Siguti di wilayah Kecamatan Arse. Hulu sungai ini di kawasan berupa kumpulan mata air beraliran kecil dari kawasan hutan. Sebagia besar mata air telah mati akibat ketiadaan kawasan hutan.
Sinar Tabagsel menyusuri Aek Lappesong mulai dari titik Keluharan Sipirok Godang, bergerak ke hulu sejauh 15 km. Sepanjang aliran sungai tampak badan sungai tak lagi terlihat, hilang dalam belukar semak yang tumbuh sepanjang daerah aliran sungai (DAS).
Terjadi penyempitan badan sungai akibat tidak pernah dilakukan rehabilitasi sungai. Sungai lebih mirip seperti parit. Aliran airnya tak ada, hanya genangan-genangan kecil yang ditemukan.
Kawasan hutan yang jadi hulu Aek Lappesong mengalami deforestrasi, berubah menjadi kawasan padang ilalang dan belukar semak. Tutupan lahan berupa tanaman perdu.
Kondisi ini sudah terjadi sejak lama, namun semakin parah sejak 2007. Pada 2007, Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan membuka jalan alternatif yang dipersiapkan sebagai ring road bagi Kota Sipirok yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Tapanuli Selatan.
Proyek Dinas Pekerjaan Umum Kabupataen Tapanuli Selatan yang dikerjakan pada masa Bupati Ongku P Hasibuan itu, merombak kontur tanah di lereng bukit-bukit barisan menggunakan eksavator, mulai dari wilayah Kelurahan Baringin sampai ke Desa Marsada.
Proyek pembukaan jalan itu bukan saja gagal, tetapi telah mengubah kontur tanah yang merusak sumber-sumber mata air yang ada.
Proyek ini membuat debit air yang masuk ke Aek Lappeson menjadi berkurang, sehingga sungai yang menjadi andalan sumber irigasi bagi sektor pertanian di Kecamatan Sipirok tidak bisa lagi diandalkan.
Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan tidak pernah menormalisasi apa yang telah dirusak. Kondisi jalan yang dibuka itu telah berubah menjadi kawasan belukar semak dengan kontur permukaan tanah berupa parit-parit kecil yang terbentuk dari aliran air selama bertahun-tahun. Parit-parit itu membuat aliran air berubah, tidak lagi berkumpul di Aek Lappesong, sehingga debit air yang mengalir ke sungai itu sangat minim.
Kondisi semakin parah karena debit air yang minim menyebakan badan sungai menjadi menyempit. Belukar tumbuh di badan sungai, membuat saluran air tidak bisa mengalir dengan leluasa.
Masyarakat mengatakan, tidak pernah ada program rehabilitasi aliran sungai untuk membersihkan badan sungai di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Jangankan rehabilitasi sungai, rehabilitasi saluran-saluran irigasi saja jarang dilakukan.
"Setiap hendak memasuki masa musim tanam, masyarakat rutin bergotong royong tiap tahun untuk membersihkan saluran irigasi. Kalau bisa diperbaiki akan diperbaiki, tapi kalau tidak bisa, masyarakat akan mencoba mengalihkan aliran air dengan membuat jalur baru," kata Marjuki.
Marjuki mengatakan, air dari hulu Aek Lappesong bukan hanya sumber pengairan sawah, tetapi juga sumber air minum, mandi, cuci, dan kakus (MCK) bagi sebagian besar masyarakat di desa-desa dan kelurahan di Kecamatan Sipirok.
Ia mencontohkan air untuk kegiatan MCK di Desa Pangurabaan, Kelurahan Sipirok Godang, dan Kelurahan Hutasuhut. Sumber air kebutuhan MCK, dialirkan menggunakan pipa sepanjang sekitar 10 km dari sumbernya di hulu Aek Lappesong. Pipa-pipa besi itu dialirkan ke bak-bak penampungan yang ada di tempat-tempat pemandian umum.
Bahkan, sumber air minum yang dikelola oleh PDAM Tirtanadi untuk pelanggan mereka di Kecamatan Sipirok dialirkan dari mata air di hulu Aek Lappesong.
Tingkat ketergantungan masyarakat Kecamatan Sipirok terhadap air bersih dari hulu Aek Lappesong sangat tinggi. Meskipun begitu, Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan belum pernah membuat kebijakan yang berorientasi terhadap rehabilitasi mata air yang ada. Jika kebijakan serupa tak kunjung dibuat, masyarakat khawatir sumber air bersih akan terganggu atau akhirnya hilang.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Selatan, jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi di Kecamatan Sipirok sebanyak 1.400 pelanggan. Para pelanggan PDAM Tirtanadi mengeluhkan minimnya sumber air.
Distribusi air dari PDAM Tirtanadi kepada pelanggan sangat minim karena debit air dari sumber utama mata air dari kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-Buali tidak maksimal. Berdasarkan data di PDAM Tirtanadi Unit Kecamatan Sipirok, debit air untuk kebutuhan masyarakat Sipirok berkisar 14 liter per detik. Kapasitas air untuk menutupi kebutuhan pelanggan berkisar 22 liter per detik atau ada kekurangan debit air sekitar 8 liter per detik.
Ada banyak sungai yang mengalir dari puncak Dolok Sibualbuali, gunung berapi yang masuk dalam wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, tapi debit airnya terus menurun dari tahun ke tahun. Sungai-sungai itu, selain menjadi sumber air minum dan air bersih bagi penduduk di kaki Dolok Sibualbuali, juga sumber pengairan bagi ratusan hektare areal pesawahan.
Selain Aek Lappesong, kondisi serupa juga menimpa Aek Mandurana yang menjadi sumber pengairan sawah di saba bolak milik masyarakat Kelurahan Parau Sorat dan sekitarnya, atau Aek Korsik dan Aek Gambiri yang diandalkan masyarakat Desa Situmba Julu sebagai sumber pengairan.
Berita Terkait
Posting Komentar