Ekosistem Batangtoru, Tempat Orangutan Tapanuli Mati Perlahan-Lahan


Ekosistem Batangtoru yang rusak dan menjadi penyebab bencana hidrometeorologi menjadi tempat Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) mati dan menuju kepunahan.

Penulis: Budi Hutasuhut | Penyunting: Nasaktion Efry

Decky Chandra, aktivis lingkungan yang menjadi relawan banjir, mengidentifikasi penemuan satu bangkai hewan berbulu di Pulo Pakkat, Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai  Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis). Penemuan itu menegaskan, bencana alam hidrometeorologi yang terjadi berdampak bukan hanya terhadap manusia, tetapi juga semua mahluk hidup, terutama flora dan fauna yang hampir punah di habitatnya.

Penemuan bangkai kera besar yang masuk Critically Endangered dari IUCN Red List itu menegaskan bahwa bencana hidrometeorologi telah mempercepat kepunahan spesies hewan langka yang keberadaannya baru diumumkan pemerintah siaran pers SP. 330/HUMAS/PP/HMS.3/11/2017 pada 3 November 2017. 

Ketika Sinar Tabagsel ke lokasi penemuan bangkai Orangutan tapanuli itu di Pulo Pakkat, bisa menjelaskan bagaimana bangkai tersebut bisa ditemukan. Lokasi Pulo Pakkat tepat berada di hilir Sungai Garoga, di mana masih banyak ditemukan tumpukan kayu gelondongan yang diduga berasal dari aksi pembalakan liar di bagian hulu sungai. 

Lokasi penemuan bangkai Orangutan tapanuli merupakan hilir dari Sungai Garoga, sungai yang berhulu di Ekosistem Batangtoru. Sungai Garoga merupakan salah satu sungai yang meluap pada November 2025 lalu dan menghantam Desa Garoga dan Desa Huta Godang di Kecamatan Batangtoru. Luapan Sungai Garoga yang membawa material pasir, tanah lumpur, dan ribuan kubik kayu gelondongan.

Dari Ekosistem Batangtoru

Hulu Sungai Garoga merupakan wilayah Blok Barat Ekosistem Batangtoru, salah satu wilayah penyebaran Orangutan tapanuli. 

Berdasarkan data Strategi dan Rencana Aksi Orangutan Indonesia 2019-2029, populasi Orangutan tapanuli berkisar antara 577-760 individu, menyebar dalam habitat seluas dalam habitat seluas 1.051,32 kilometer per segi yang dibagi tiga kelompok penyebaran: Blok Barat (581 individu), Blok Timur (162 individu), dan Cagar Alam Sibual-Buali (24 individu). 

Orangutan tapanuli hanya ditemukan di dalam kawasan hutan Ekosistem Batangtoru. Sebagai satu-satunya habitat Orangutan Tapanuli di dunia,  sekitar 85% ekosistem Batang Toru berstatus sebagai hutan lindung atau cagar alam. 

Sebanyak 7% orangutan hidup di kawasan Cagar Alam, seperti Cagar Alam Dolok Sibualbuali, Cagar Alam Dolok Sipirok, Cagar Alam Lubuk Raya, dan Cagar Alam Dolok Saut. Cagar alam merupakan kawasan yang dikelola Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara.

Sebanyak 64% Orangutan tapanuli berada di hutan lindung yang dikuasai negara, namun sebagian besar wilayah hutan ini telah diberikan negara sebagai hak konsesi bagi sejumlah investor. PT Agincourt Resources, pengelola Tambang Emas Martabe, mengantongi lahan konsesi seluas 130.252 hektare (1.303 km²) yang  meliputi wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Mandailing Natal. 

Sebagian  besar dari 1.303 km² lahan konsesi itu berada di kawasan Ekosistem Batangtoru. Belum lagi lahan konsesi PT Aneka Tambang, BUMN yang merupakan anak usaha MIND ID, yang menguasai kawasan hutan Ekosistem batangtoru di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. 

Sementara sebanyak 4% Orangutan tapanuli menetap di hutan produksi yang dikelola Kesatuan Pengelolaan Hutan X Padangsidempuan dan KPH XI Pandan, dan yang paling mengkhawatirkan 25% hidup di Areal Penggunaan Lain yang dikelola pemerintah dan masyarakat tanpa perlindungan khusus.

Lansekap hidup Orangutan tapanuli menyempit dari tahun ke tahun akibat perusakan hutan di dalam kawasan Ekosistem Batangtoru. 

Kehadiran sejumlah investasi besar swasta yang dilegalisasi pemerintah atas nama Proyek Strategis Nasional dan swasembada energi dan  menjadikan kawasan hutan di Ekosistem Batangtoru sebagai lahan konsesinya sebagai penyebabnya. 

Lokasi Raksa Bisnis Internasional

Sejumlah raksasa bisnis internasional ikut berperan menghancurkan habitat Orangutan tapanuli di Ekosistem Batangtoru. Sebut saja Jardine Matheson Holdings Co., Ltd, sebuah konglomerat multinasional asal Britania Raya yang didaftarkan sebagai sebuah badan hukum di Bermuda dan berkantor pusat di Hong Kong. 

Jardines melantai di Bursa Saham London, Bursa Saham Singapura, dan Bursa Saham Bermuda, memiliki anak usaha bernama Jardine Cycle & Carriage yang menguasai salam Astra International. Astra International pemilik 95% saham PT Agincourt Resources yang dipegang oleh salah satu cucu usahanya, PT Danusa Tambang Indonesia. 

Selain raksasa bisnis Jardine Matheson Holdings Limited,  kawasan Ekosistem batangtoru juga dikuasai raksasa bisnis asal China, SDIC Power Holdings Co., Ltd.

SDIC Power Holdings Co., Ltd., perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Shanghai.  State Development and Investment Corporation (SDIC), merupakan Badan Usaha Milik Negara China, memegang 51,32% saham SDIC Power Holdings Co., Ltd pada tahun 2022. 

SDIC Power Holdings Co., Ltd. melalui anak usahanya, Jaderock Investment mengakuisisi Fareast Green Energy (FEGE) yang menguasai 70% saham PT North Sumatera Hydro Energy, perusahaan pengelola PLTA Simarboru. Posisi PLTA Simarboru yang persis di dalam kawasan Ekosistem Batangtoru, memiliki andil merusak kawasan hutan yang menjadi habitat Orangutan tapanuli.

BERITA TERKAIT: 

Toba Pulp Lestari Hancurkan Koridor Hutan Habitat Orangutan Tapanuli di Sipirok

Singkirkan Perusahaan Perusak Hutan dari Lingkungan Masyarakat di Tapanuli Selatan

Menjaga Habitat Orangutan Tapanuli di Areal Tambang Emas

Meskipun PT North Sumatera Hydro Energy selalu mengklaim kalau mereka perduli terhadap Orangutan tapanuli dengan membangun jembatan penyeberangan bagi Orangutan tapanuli, namun kehadiran pusat listrik tenaga air ini telah mengubah siklus hidup kawasan Orangutan tapanuli. 

Wilayah jelajah Orangutan tapanuli di dalam kawasan Ekosistem Batangtoru menjadi terfragmentasi, sehingga individu Orangutan tapanuli menjelma menjadi kelompok-kelompok kecil yang terisolis di habitat tertentu. 

Presiden RI Prabowo Subianto dalam kunjungan bilateral perdananya ke Cina pada 8-10 November 2024, menyaksikan kesepakatan antara PT PLN (Persero) dan dua perusahaan besar asal Cina, Huawei dan SDIC Power dalam meningkatkan kemandirian energi di Indonesia. Penandatanganan ini berlangsung pada Indonesia-Cina Business Forum (ICBF) di Beijing pada Minggu, 10 November 2024.

Selain dua raksasa bisnis internasional itu, masih ada sejumlah raksasa bisnis energi baru yang tergabung dalam konsorsium Sarulla Operations Ltd, perusahaan yang mengelola Pusat Listrik tenaga panas bumi di Sarulla, Tapanuli Utara. 

Selain Medco Power, konsorsium ini terdiri dari INPEX Corporation, Ormat International Inc., ITOCHU Corporation, dan Kyushu Electric Power Co. Inc., dan memiliki konsesi lahan operasional di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan yang merupakan Ekosistem Batangtoru. 

Permainan PHAT

Selain raksasa bisnis internasional yang punya andil merusak kawasan hutan Ekosistem Batangtoru yang merupakan habitat Orangutan tapanuli, para individu dan pengusaha pemegang hak atas tanah (PHAT) ikut andil mempercepat kepunahan Orangutan tapanuli. 

Pada tahun 2023, Feri Saputra Siregar, pemegang dokumen PHAT atas  20 hektare lahan areal penggunaan lain (APL)  di  Desa Marsada, Kecamatan Sipirok, membabat kawasan hutan di perbatasan Cagar Alam Dolok Sipirok yang kemudian lahan tersebut ditanami eukaliptus oleh PT Toba Pulp Lestari (TPL). 

Kawasan APL di Desa Marsadar merupakan sumber pakan Orangutan tapanuli yang ada di habitat Cagar Alam Dolok Sipirok, ditandai dengan seringnya kera besar itu keluar dari kawasan APL tersebut dan masuk ke lokasi kebun rakyat. BKSDA Sumatra Utara pada 24 November 2020 pernah melepasliarkan satu ekor Orangutan tapanuli ke kawasan APL di Dusun Padangbulan, Desa Marsada, Kecamatan Sipirok. 

Tahun 2023, APL tempat pelepasliaran Orangutan tapanuli itu telah berganti menjadi kebun eukaliptus milik PT Toba Pulp Lestari. Perusahaan pemilik ribuan hektare lahan konsesi yang banyak mengubah hutan lindung menjadi kebun eukaliptus ini, juga mengubah kawasan-kawasan APL yang menjadi sumber pakan Oranguitan tapunuli menjadi hutan tanaman industri pulp. 

PT Toba Pulp Lestari diduga telah menjalin kontrak kerja sama dengan sejumlah individu maupun pengusaha pemegang hak atas tanah (PHAT) untuk menggarap lahan-lahan bekas penebangan menjadi lahan budidaya tanaman eukaliptus.  

Para pemegan PHAT  yang awalnya mengincar deposit kayu yang ada di kawasan hutan dalam Ekosistem Batangtoru, merasa mendapat dua keuntungan dari dokumen hak atas tanah yang dimilikinya. Selain mendapatkan kayu, pemegang PHAT juga mendapatkan keuntungan kontrak tanah bekas penebangan kayu dari PT Toba Pulp Lestari.

Sebelum pihak PHAT menebangi pohon-pohon yang ada di wilayah konsesi lahan PHAT, mereka telah berkomunikasi dengan PT Toba Pulp Lestari untuk mengolah lahan bekas penebangan hutan. 

Lewat kontrak kerja, PHAT diwajibkan oleh PT Toba Pulp Lestari mencarikan kelompok tani sebagai mitra untuk dilibatkan dalam penanaman eukaliptus. Melalaui apa yang disebut program kemitraan kehutanan, PT Toba Pulp Lestari memberikan biaya kepada petani, di mana biaya tersebut seakan-akan diberikan oleh PHAT. 

Sejumlah masyarakat yang ditemui Sinar Tabagsel mengatakan, mereka berhubungan dengan pemegang PHAT untuk menanami eukaliptus di lahan-lahan bekas penebangan hutan yang dilakukan PHAT. Dengan alasan melakukan penghijauan, PHAT menghubungi kelompok tani yang ada dan memberi bantuan bibit eukaliptus yang berasal dari PT Toba Pulp Lestari. 

Sejumlah lokasi kebun eukaliptus yang sebelumnya bekas lahan PHAT ditemui Sinar Tabagsel di bekas lahan dari PHAT milik  Jon Anson di Kecamatan Arse, PHAT milik Mahmudin di Kecamatan Saipar Dolok Hole,  dan PHAT milik David Pangabean di Kecamatan Saipar Dolok Hole. 

Selain itu,  sebanyak 25 hektare lahan PHAT milk Jonh Anson Silitonga di Aek Godang, Kelurahan Lancat, Kecamatan Arse, telah menggunduli kawasan hutan are penggunaan lain yang berbatasan dengan Cagar Alam Solok Sipirok. Begitu juga dengan 15 hektare kawasan hutan yang hilang di Desa Padang Mandailing Garugur, Kecamatan Saipar Dolok Hole, merupakan areal PHAT atas nama Muhammad Nur Batubara.

Bahkan, lahan seluas 48.112 hektare milik PHAT atas nama Anggara Fatur Rahman Ritonga di Desa Bulu Mario, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, yang merupakan koridor Orangutan tapanuli telah dibabat. Pengrusakan kawasan hutan ini membuat satu-satunya habitat Orangutan tapanuli di Desa Bulu Mario telah terdegradasi. 

Legal tapi Merusak

Sejumlah pihak yang mendapat konsesi lahan dalam kawasan Ekosistem Batangtoru ternyata mendapat legalitas dari pemerintah. Namun, legalitas yang diperoleh telah membuat kawasan hutan menjadi rusak, yang pada akhirnya membatasi ruang hidup Orangutan tapanuli. 

Orangutan Tapanuli merupakan kera besar yang unik. Secara genetik, Orangutan Tapanuli lebih dekat dengan Orangutan Kalimantan dibandingkan Orangutan Sumatera, baik dari ciri fisik berupa bulu yang lebih tebal dan keriting, tengkorak, tulang rahang yang lebih halus, hingga panggilan jarak jauh jantan yang lebih khas. 


Lansekap hidup Orangutan tapanuli mengalami krisis. Dalam beberapa tahun terakhir, interaksi manusia-orangutan meningkat, terutama ketika musim buah seperti durian, petai, jengkol, aren, rotan atau jernang, dan pisang. Seekor orangutan dapat mengonsumsi 20-30 buah durian per-hari, menimbulkan konflik dengan masyarakat yang merasa dirugikan. 

COMMENTS

Nama

Bencana,10,Berita,11,Bisnis,6,BudiHatees,22,Buku,1,BUMD,2,Buruh,3,Cerpen,14,Daerah,37,Database,8,Diskusi,1,Ekonomi,135,Esai,4,Feature,54,Flash,13,Grafika,1,Hukum,78,Humaniora,99,Indept,72,Infografis,1,Investasi,1,Jajakpendapat,2,Klinik,6,Kolom,30,Kombur,5,Komoditas,11,Lingkungan,28,Lomba,1,Lowongan,1,Madina,22,Maturepek,3,Medan,5,Mudik,5,Nasional,38,Olahraga,1,Opini,9,Padangsidempuan,51,Palas,4,Paluta,6,Pandemi,25,Perbankan,6,Politik,55,Puisi,6,Ramadan,4,Sastra,15,Sejarah,5,Sidempuan,39,Sumut,55,Tajuk,50,Tani,12,Tapsel,85,Teknologi,6,Tokoh,3,UMKM,6,Utama,453,Wisata,10,
ltr
item
www.sinartabagsel.web.id : Ekosistem Batangtoru, Tempat Orangutan Tapanuli Mati Perlahan-Lahan
Ekosistem Batangtoru, Tempat Orangutan Tapanuli Mati Perlahan-Lahan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPITNJN-GW51I7B0Uy3ZEIe9eGvxC8kHAolYuPSWUyx6s_X8O-GzZgK7JA99xjR2wd-LWNprPl0-J65QrDc9iuBH7xDfdS8BgdxfVLxT7w-rla4a-uCjtg1V__WUjbUkUz9GGsIuFDD2pkYR_d65gxhcXrYGEkFvQgS9RnkemL02yrKgKRgUcAAFqWD2k/w640-h426/orangutanpadangbulan.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPITNJN-GW51I7B0Uy3ZEIe9eGvxC8kHAolYuPSWUyx6s_X8O-GzZgK7JA99xjR2wd-LWNprPl0-J65QrDc9iuBH7xDfdS8BgdxfVLxT7w-rla4a-uCjtg1V__WUjbUkUz9GGsIuFDD2pkYR_d65gxhcXrYGEkFvQgS9RnkemL02yrKgKRgUcAAFqWD2k/s72-w640-c-h426/orangutanpadangbulan.png
www.sinartabagsel.web.id
https://www.sinartabagsel.web.id/2025/12/ekosistem-batangtoru-tempat-orangutan.html
https://www.sinartabagsel.web.id/
https://www.sinartabagsel.web.id/
https://www.sinartabagsel.web.id/2025/12/ekosistem-batangtoru-tempat-orangutan.html
true
38763178306481255
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy