Markas Polsek Muara Batang Gadis dirusak dan dibakar massa karena diduga melepaskan tersangka pelaku peredaran narkoba. Kapolres Mandailing Natal membela diri, bahwa pelaku tidak dilepaskan, melainkan melarikan diri dari tahanan.
Penulis: Ilham Lubis | Editor: Budi Hutasuhut
Masyarakat yang berasal dari Desa Singkuang I dan Desa Singkuang II di Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal, kecewa dan marah terhadap para petugas di Polsek setempat karena melepaskan terduga pelaku pengedar narkoba. Pada Jumat, 19 Desember 2025, massa merangsek ke markas Polsek Muara Batang Gadis, merusak berbagai fasilitas dan, akhirnya, membakar gedung tersebut.
Sudah lama kaum ibu di Desa Singkuang I dan Desa Singkuang II, Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal, resah akibat maraknya peredaran narkoba di lingkungan mereka. Berbagai jenis barang terlarang itu dipasarkan secara terang-terangan di lingkungan mereka, dan para pemakainya bagai sudah kebal hukum. Bukan saja tak punya rasa takut, para pengedar dan pemakai seakan-akan menjelma menjadi geng pelaku kejahatan super power.
Melihat banyak korban yang sebagian besar dari kalangan generasi muda di lingkungan mereka, para ibu anggota kelompok pengajian akhirnya tidak bisa menahan diri. Selasa, 16 Desember 2025, dibantu masyarakat, para ibu anggota pengajian menggerebek sebuah rumah yang sering dipakai transaksi narkoba. Kedatangan massa itu membuat seisi rumah tersebut berhamburan, melarikan diri.
Tidak menemukan satu orang pun, massa yang sudah kecewa dan marah, mulai merusak rumah tersebut. Tidak cukup hanya merusak, massa mulai membakar.
Sejak Selasa, 16 Desember 2025, situasi di Kecamatan Muara Batang Gadis menjadi ricuh. Para ibu dan warga melakukan pencarian terhadap para pelaku peredaran narkoba yang melarikan diri dari rumah yang telah dibakar. Massa melakukan sweping ke mana-mana untuk mencari para pelaku peredaran narkoba.
Pada Jumat, 19 Desember 2025, massa akhirnya berhasil menangkap salah seorang pelaku peredaran narkoba di wilayah Kecamatan Muara batang Gadis yang bernama Romadon.
Melihat Romadon telah dipegang massa, anggota polisi dari Polsek Muara Batang Gadis mengamankannya agar tidak dihakimi massa. Masyarakat mengizinkan polisi membawa Romadon ke Polsek Muara Batang Gadis.
"Kami percaya polisi akan memproses sesuai hukum yang berlaku," kata Sultoni, salah seorang warga yang terlibat dalam aksi penggerbekan.
Beberapa jam kemudian, setelah aksi, warga mendatangi markas Polsek Muara Batang Gadis untuk memastikan bahwa Romadon sudah ditahan. Kenyataannya, laki-laki yang diduga salah seorang pelaku peredaran narkoba di wilayah tersebut, sudah tak ada lagi di markas Polsek Muara Batang Gadis.
Santer kabar bahwa tersangka sudah dilepaskan. Namun, petugas di Polsek Muara Batang Gadis membela diri, mengatakan bahwa tersangka melarikan diri dari tahanan.
Jawaban petugas ini membuat masyarakat kecewa dan marah. kerja keras mereka untuk membersihkan lingkungannya dari para pelaku peredaran narkoba, sama sekali tidak didukung aparat penegak hukum yang ada di Polsek Muara Batang Gadis. Kekecewaan masyarakat yang dipendam sejak lama karena aparat kepolisian melakukan pembiaran sehingga para pelaku peredaran narkoba bisa leluasa di lingkungan mereka, tidak bisa lagi dibendung.
Massa mulai melempari markas Polsek Muara Batang Gadis. Tidak cukup dengan melempari, massa merangsek masuk secara beramai-ramai, menyatakan kekecewaannya dan menghancurkan fasilitas yang ada di markar para anggota Korps Bhayangkara itu. Para anggota Korps Bhayangkara tidak mampu mempertahankan markas, memilih menyelamatkan diri.
Massa yang mara semakin leluasa. Satu unit mobil patroli Polsek Muara Batang Gadis dibalikkan beramai-ramai. Tak cukup dengan itu, massa memasuki ruang-ruang di markas Polsek Muara Batang Gadis, menghancurkan apa yang bisa dihancurkan. Di dalam markas itu, massa juga menemukan bungkus-bungkus pelastik yang sudah kosong, yang diduga bekas bungkus narkoba.
Melihat temuan itu, kemarahan warga semakin memuncak karena menduga polisi dengan pelaku bekerja sama. Pada puncak kemarahan, massa membakar markas Polsek Muara Batang Gadis.
Melarikan Diri
Kapolres Mandailing Natal, AKBP Ari Sofandi Paloh, membantah pihaknya telah membebaskan Romadon, tersangka pelaku peredaran narkoba yang ditangkap massa pada Jumat, 19 Desember 2025. Menurut Kapolres, tersangka yang diduga terlibat jaringan narkoba itu melarikan diri dari tahanan Polsek Muara Batang Gadis.
"Saat ini sedang kami lakukan pengejaran hingga ke wilayah Sumatera Barat,” kata AKBP Ari Sofandi Paloh kepada pers, Sabtu, 20 Desember 2025.
Kapolres juga membela, Romadon diamankan polisi ke Polsek Muara Batang Gadis untuk mencegah tindakan anarkis yang lebih meluas, termasuk potensi penganiayaan dan pembakaran oleh massa. Orang yang diamankan polisi itu, kata Kapolres, belum ditetapkan sebagai tersangka.
“Ini masih sebatas dugaan. Yang bersangkutan diamankan untuk pemeriksaan lebih lanjut, bukan karena ditemukan barang bukti,” ujar Kapolres.
Sementara Kepala Bidang Humas Polda Sumut, Kombes Ferry Walintunkan, sependapat dengan Kapolres Mandailing Natal, AKBP Ari Sofandi Paloh. Ia menyampaikan, berdasarkan laporan kepolisian, Romadon diamankan di Polsek Muara Batang Gadis pada Jumat, 19 Desember 2025 sekitar pukul 16.30 WIB.
"Pada Sabtu dini hari sekitar pukul 05.00 WIB, Romadon diketahui melarikan diri dari tahanan," kata Kombes Ferry.
Dia mengatakan, personel Polsek Muara Batang gadis kemudian melakukan pencarian hingga ke Desa Singkuang II. Namun, hingga Sabtu siang, keberadaan Romadon belum berhasil diketahui.
Sekitar pukul 11.00 WIB, kurang lebih 400 warga mendatangi Polsek Muara Batang Gadis untuk mempertanyakan keberadaan Romadon. "Aparat kepolisian telah memberikan penjelasan bahwa yang bersangkutan melarikan diri dan menegaskan tidak ada praktik tangkap lepas sebagaimana informasi yang beredar," tuturnya.
Dilepaskan
Masyarakat di Kecamatan Muara Batang Gadis mengaku, mereka tidak lagi mempercayai polisi dapat memberantas peredaran narkoba di wilayah mereka. Pasalnya, para pelaku kejahatan narkoba sudah berani terang-terangan mengedarkan barang illegal itu di hadapan masyarakat. Tidak jarang, pelaku berdagang di dalam warung-warung seakan-akan mereka tidak takut pada hukum.
"Korbannya anak-anak kami, keluarga kami," kata Marni, salah seorang warga yang mengaku resah dan kecewa karena polisi tak mampu memberantas peredaran narkoba. "Dengan peristiwa ini, polisi seharusnya menyadari bahwa kami sangat menderita."
COMMENTS