Toba Pulp Lestari Hancurkan Koridor Hutan Habitat Orangutan Tapanuli di Sipirok

Rasoky Siagian | Jurnalis Sinar Tabagsel di Tapsel

Lokasi budidaya ekaliptus PT Toba Pulp Lestari di Dusun Aek Latong, Desa Marsada, Kecamatan Supirok, Kabupaten Tapanuli Selatan

Populasi Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis) yang kritis makin terancam setelah ratusan hekatre habitatnnya di Cagar Alam Dolok Sipirok (CADS) terancam pasca pembukaan hutan di Aek Latong, Desa Marsada, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan oleh PT Toba Pulp Lestari dan ditanami ekaliptus (Eucalyptus urophylla).

Masih lekat dalam ingatan ketika Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara melepasliarkan satu individu Orangutan tapanuli di Dusun Aek Latong, Desa Marsada, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, pada 24 November 2020 lalu. 

Hewan yang oleh  IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) dimasukkan dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah  (critically endangered) ini dilepasliarkan di kawasan hutan lindung Cagar Alam Dolok SIpirok, salah satu habitat Orangutan tapanuli. 

Namun, titik koordinat tempat pelepasliaran Orangutan tapanuli itu saat ini sudah mengalami deforestrasi, bentuknya berupa batang-batang pohon yang sudah tumbang, dan lahan bekas hutan berupa tanah merah itu ditanami ekaliptus. 

Pemandangan yang terlihat di kawasan hutan itu, hanya lahan gundul berupa tanah merah sehabis dikelola oleh alat berat milik PT Toba Pulp Lestari. Batang-batang pohon yang ditebang, dijadikan penahan tanah yang sebelumnya miring dengan kemiringan 45 derajat berubah menjadi bertangga-tangga. 

"Tidak ada lagi hutan di sini," kata Ilham, warga Dusun Aek Latong, Desa Marsada, yang mengaku mengetahui saat BKSDA Sumut melepasliarkan individu Orangutan tapanuli. Dia mengatakan, masyarakat sekitar menyebut lokasi pelepasliaran Orangutan tapanuli itu sebagai "harangan rintis", istilah untuk menyebut kawasan hutan yang tidak boleh dimasuki, apalagi untuk mengambil isinya. 

Dalam dua tahun terakhir,  PT Toba Pulp Lestari menggerakkan masyarakat dari berbagai dusun di Desa Marsada, Desa Ramba Sihasur, dan Desa Pahae Aek Sagala -- ketiganya di Kecamatan Sipirok -- ikut program penghijauan menanam ekaliptus di kawasan hutan yang merupakan koridor Orangutan tapanuli sebelum Cagar Alam Dolok Sipirok. 

Ada  masyarakat yang menolak karena khawatir kegiatan tersebut melanggar peraturan perundang-undangan mengingat lokasi budidaya berdekatan dengan Cagar Alam Dolok Sipirok, dan petugas BKSDA Wilayah Padang Sidimpuan sering mensosialisasikan agar masyarakat ikut menjaga kelestarian Orangutan tapanuli.

Namun, tidak sedikit masyarakat yang menyambut kegiatan yang didukung PT Toba Pulp Lestari tersebut. Dalam program berlabel "penghijauan" itu, PT Toba Pulp Lestari melakukan pengolahan lahan pasca penebangan hutan, menggunakan alat berat. 

Setelah lahan ditata berbentuk bertangga-tangga, PT Toba Pulp Lestari kemudian memberikan bibit ekaliptus dan biaya operasional kepada masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani. Masyarakat yang juga anggota kelompok tani, kemudian melakukan penanam di bawah pengawasan manajer program "penghijauan". 

Sejumlah sumber Sinar Tabagsel dari kalangan masyarakat di sekitar lokasi "penghijauan" PT Toba Pulp Lestari itu, mengatakan izin mengubah lahan menjadi areal budidaya ekaliptus merupakan kerja sama antara Kelompok Tani Saroha di Kecamatan Sipirok dengan PT Toba Pulp Lestari.

BKSDA Sumut melepasliarkan individu Orangutan tapanuli di Cagar Alam Dolok Sipirok pda 24 November 2020 lalu. Kawasan hutan lindung pada titik koordinat pelepasliaran Orangutan tapanuli itu kini mengalami deforestrasi oleh PT Toba Pulp Lestari untuk budidaya ekaliptus

"Kami diajak ikut penghijauan menanam ekaliptus. Kami mau kerja, tentu saja tidak menolak," kata Marjuki, salah seorang warga yang ikut menanami ekaliptus.

Masyarakat yang terlibat budidaya ekaliptus milik PT Toba Pulp Lestari merupakan anggota Kelompok Tani Saroha. "Ini program Kelompok Tani Saroha untuk anggota," kata Feri Siregar, ketua Kelompok Tani Saroha. "Program ini untuk memanfaatkan lahan tidur yang dimiliki kelompok tani berdasarkan penetapan Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan."

Feri Siregar menegaskan, areal milik kelompok tani yang ditanami ekaliptus hasil kerja sama dengan PT Toba Pulp Lestari berada di luar kawasan Cagar Alam Dolok Sipirok. "Kami berada di luar patok tanda batas," kata Feri Siregar.

Habitat Orangutan tapanuli

Orangutan tapanuli merupakan hewan sangat dilindungi yang keberadaannya kurang mendapat perhatian dari Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan sehingga pihak asing sengaja datang untuk melindungi hewan yang hanya hidup di hutan Tapanuli ini.

Menurut Direktorat  Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Orangutan telah dijadikan ‘simbol’ pelestarian hutan Indonesia dan merupakan key species dalam melindungi keanekaragaman hayati. Populasi Orangutan secara umum banyak tersebar pada kawasan primer, terutama yang statusnya sebagai kawasan konservasi. 

Cagar Alam Dolok Sipirok merupakan salah satu habitat Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Habitat tersebut harus dipertahankan keberadaannya sebagai habitat dengan kualitas yang baik. Monitoring terhadap kondisi habitat sangat penting agar kelestarin Orangutan tapanuli dan sejumlah flora maupun fauna endemik yang ada di Cagar Alam Dolok Sipirok tetap lestari.

Namun, penebangan berbagai jenis pohon di Cagar Alam Dolok Sipirok berlangsung sejak tahun 2020, menyebabkan kawasan hutan lindung yang berfungsi sebagai hutan lindung ini tak mampu lagi menyediakan kebutuhan dasar bagi Orangutan tapanuli dan hewan-hewan langka yang hidup di dalamnya. Akibatnya, individu Orangutan tapanuli acap keluar dari kawasan Cagar Alam Dolok Sipirok, mencari makan di kebun-kebun warga.

Pasalnya, berbagai jenis tanaman penghasil buah pada ketinggian 600 m dpl sampai 900 m dpl telah habis ditebangi  sehingga yang tinggal hanya tanaman tak berbuah yang banyak tumbuh di ketinggian 1.000 m dpl sampai 1.200 m dpl. 

Proyek "penghijauan" versi PT Toba Pulp Lestari difokuskan di lahan milik Kelompok Tani Saroha yang berada pada ketinggian 600 m dpl sampai 900 m dpl. Lahan dengan ketinggian seperti ini berada di perbatasan kawasan Cagar Alam Dolok Sipirok, di luar patok tanda yang dibuat sebagai perbatasan kawasan hutan lindung dengan kawasan APL (area penggunaan lain).

Lahan ini sebelumnya merupakan tipe habitat hutan primer. Pada tipe habitat hutan primer dengan ketinggian 600 m dpl sampai 900 m dpl, jenis tumbuhan yang hidup seperti damar (Hopea beccariana Burck), logan (Dipterocarpus kunstleri King.),  bacang hutan (Mangifera laurina Blume), dan beberapa jenis tumbuhan pakan seperti petai hutan (Parkia sp.),  Pohon beringin (Ficus sp.), dan aren (Arenga pinnata Merr). Tanaman yang menjadi sumber pakan ini banyak dijumpai di kawasan APL dan koridor hutan Cagar Alam Dolok Sipirok.

Hutan primer pada ketinggian 600 m dpl sampai 900 m dpl menjadi habitat yang disukai Orangutan tapanuli, ditandai dari penemuan dan jumlah sarang. Orangutan tapanuli selalu membuat sarang baru setiap hari dan tinggal dalam waktu yang lama pada lokasi tertentu yang mendukung kebutuhannya, terutama ketersediaan pakan. 

Habitat Imbo Terancam

Cagar Alam Dolok Sipirok ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 226/Kpts/Um/14/1982, tanggal 8 April 1982 dengan luas 6.970 hektare. Cagar Alam Dolok Sipirok bagian dari Hutan Batang Toru, merupakan perwakilan tipe vegetasi hutan hujan tropika yang mewakili tipe hutan sub montana dan montana dengan ketinggian antara 600-1.200 meter dari permukaan laut. 

Topografinya secara umum berupa lereng agak curam sampai curam dengan kemiringan > 40%. Kondisi topografi sebagian besar perbukitan dan pegunungan, terletak di daerah vulkanis aktif dengan kondisi geologis yang agak labil.  Puncak tertinggi di Cagar Alam Dolok Sipirok disebut masyarakat sebagai Dolok Tusam, di mana hutan Pinus merkusii strain Tapanuli tumbuh subur. 

Data di BKSDA Sumut menyebut, Cagar Alam Dolok Sipirok merupakan habitat alami jenis tumbuhan khas dan endemik seperti Pinus Tapanuli (Pinus merkusii strain Tapanuli), Anturmangan (Casuarinasumatrana), Sampinur Bunga (Podocarpusimbricatus), dan Sampinur Tali (Dacrydiumjunghuhnii). 

Selain tumbuhan khas endemik, Cagar Alam Dolok SIpirok merupakan habitat asli dari Orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis), Harimau loreng (Panthera tigris sumatraensis), Kijang (Muntiacus muntjak), Kambing Hutan Sumatra (Capricornis sumatraensis), Siamang (Hylobates tab), Imbo (Hylobates sindactylus), Enggang (Fuceros licornis), dan lain-lain. 

Selain Orangutan tapanuli, keberadaan siamang (Symphalangus syndactylus Raffles, 1821) atau biasa disebut masyarakat sebagai Imbo di Cagar Alam Dolok Sipirok juga terancam akibat rusaknya habitat hutan penghasil sumber pangan. 


Imbo adalah jenis primata arboreal (sebagian besar hidupnya pada tajuk pohon) dan merupakan jenis endemik Pulau Sumatera. Imbo masuk dalam daftar merah IUCN, termasuk kategori terancam punah. Berdasarkan tingkat kerentanan terhadap perdagangan satwa liar, imbo tergolong Appendix I Convention on International  Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora (CITES). 

Imbo memiliki ukuran tubuh paling berbeda dibandingkan dengan jenis ungko (Hylobates sp.) lainnya. Imbo jauh lebih besar dan memiliki berat tubuh mencapai 10–15 kg. Ibo juga memiliki ciri khas,yaitu kantung suara (gular sacs) dan memiliki selaput di antara jari-jari tangan dan kakinya.

Imbo hidup dalam kelompok-kelompok sosial terkecil, terdiri dari jantan dan betina dewasa dengan 1–4 individu anaknya.  Pasangan imbo merupakan pasangan monogami dan hidup dengan pola kelompok dengan sistem kekerabatan yang menggunakan daerah teritori spesifik di mana home range seluas 15–30 ha atau rata-rata sekitar 22,5 ha. 

Pada tempat yang alami, ukuran kelompok imbo rerata 4 ekor. Berdasarkan data tersebut, apabila luas optimum Cagar Alam Dolok Sipirok bagi imbo sekitar 6.600 hektare dibagi rerata home rangenya maka diperoleh daya dukung bagi siamang sebesar 294 kelompok imbo. Apabila setiap kelompok terdiri 4 individu, maka kapasitas optimum Cagar Alam Dolok Sipirok bagi imbo sebanyak 1.173 individu. Berdasarkan kedua nilai dugaan daya dukung (produktivitas pakan dan home range) diperoleh nilai rerata sebesar 1.294 imbo. 

Menurut penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli dan Pusat Penelitian Pengembangan Hutan, kepadatan imbo di Cagar Alam Dolok Sipirok saat ini adalah 9,91±3,4 individu/km2 dengan dugaan populasi sekitar 691 individu. 

COMMENTS

BLOGGER: 1
Loading...
alt gambar
alt gambar
Nama

Berita,11,Bisnis,6,BudiHatees,22,Buku,1,BUMD,2,Buruh,3,Cerpen,14,Daerah,35,Database,8,Diskusi,1,Ekonomi,129,Esai,4,Feature,49,Flash,13,Grafika,1,Hukum,75,Humaniora,93,Indept,53,Infografis,1,Investasi,1,Jajakpendapat,1,Klinik,6,Kolom,29,Kombur,5,Komoditas,11,Lingkungan,27,Lomba,1,Lowongan,1,Madina,22,Maturepek,3,Medan,5,Mudik,5,Nasional,37,Olahraga,1,Opini,7,Padangsidempuan,51,Palas,4,Paluta,6,Pandemi,25,Perbankan,6,Politik,51,Puisi,6,Ramadan,4,Sastra,15,Sejarah,5,Sidempuan,39,Sumut,55,Tajuk,47,Tani,12,Tapsel,85,Teknologi,6,Tokoh,3,UMKM,6,Utama,398,Wisata,10,
ltr
item
Sinar Tabagsel: Toba Pulp Lestari Hancurkan Koridor Hutan Habitat Orangutan Tapanuli di Sipirok
Toba Pulp Lestari Hancurkan Koridor Hutan Habitat Orangutan Tapanuli di Sipirok
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBrEWvdlhv0U6Y1gE8lU0jsHTedcBRhgXbHe6EosJp9Ebar_zk7qfl4KP4zpbgT32gk_jfRTCS6aBX9lYbZMep6ENz9dVF6RAxzxcHkFkxVJzjMt2oTcGL0QhLSYDWMQbP1JhTm2gIx10kwkBUf79TGnvWBHLBQ4F-IAcryH8sOKJdjXOwqjI0fko/w640-h426/IMG_4354.JPG
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBrEWvdlhv0U6Y1gE8lU0jsHTedcBRhgXbHe6EosJp9Ebar_zk7qfl4KP4zpbgT32gk_jfRTCS6aBX9lYbZMep6ENz9dVF6RAxzxcHkFkxVJzjMt2oTcGL0QhLSYDWMQbP1JhTm2gIx10kwkBUf79TGnvWBHLBQ4F-IAcryH8sOKJdjXOwqjI0fko/s72-w640-c-h426/IMG_4354.JPG
Sinar Tabagsel
https://www.sinartabagsel.web.id/2023/05/toba-pulp-lestari-hancurkan-habitat.html
https://www.sinartabagsel.web.id/
https://www.sinartabagsel.web.id/
https://www.sinartabagsel.web.id/2023/05/toba-pulp-lestari-hancurkan-habitat.html
true
38763178306481255
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts Berita lain Baca Reply Cancel reply Delete Oleh: Home PAGES POSTS Berita Lain Berita Terkait LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy