.

RAU FM 105,0 Tetap Eksis sebagai Media Edukasi dan Hiburan Masyarakat

Penulis: Hady Kurniawan Harahap | Jurnalis Sinar Tabagsel 

Di daerah lain industri radio, yang mengalami masa keemasan pada era 1980-an dan 1990-an, mulai menghadapi senjakala. Berbeda dengan kondisi yang terjadi di Kota Padang Sidimpuan, di mana industri radio justru tumbuh lebih bagus dibandingkan industri media cetak maupun media online.

Tiga pembawa acara Berbalas Pantun berkumpul di studio RAU FM 105,0 MHz, menghadapi mikrofon, berinteraksi dengan pendengar yang sedang melantunkan pantun berbahasa Angkola.  Begitu pantun selesai dilantunkan, pembawa acara langsung menjawab: "Anggo adong do baya markobun pege/Di baen ma di samping nai kobun sabiroto/Anggo dung do baritana tarbege/Tontu do baya namasa nabmuba tarboto."

Suara tawa yang ramah dan akrab kemudian bergema, memberi kesan betapa acara muatan lokal yang rutin disiarkan RAU FM 105,0 MHz itu menjadi mata siaran yang ditunggu-tunggu pendengar. Tiga pembawa acara itu silih berganti melantunkan pantun berbahasa Angkola. Pantun itu ditujukan untuk membalas pantun yang disampaikan pendengar lewat saluran telepon. Mereka tidak memegang naskah, siaran Berbalas pantun yang berlangsung sekiatr setengah jam itu terkesan alamiah. Tuiga pembawa acara berpantun tanpa naskah sebagaimana layaknya orang berbalas pantun.

"Acara ini banyak diminati masyarakat.  Kami merancangnya sebagai sebuah upaya serius untuk melestarikan budaya berpantun dalam tradisi bahasa lokal di Kota Padang Sidimpuan," kata T. Faisal Laksamana, S.E, M.H, direktur PT Radio Adiutama Laksamana, perusahaan yang menerbitkan RAU FM 105,0 MHz.

Dihubungi Sinar Tabagsel  lewat telepon genggam sekaitan dengan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional pada 21 Feberuari 2023,  Faisal yang sedang melakukan perjalanan keliling Indonesia membawa nama RAU FM 105,0 MHz, mengatakan radio yang dibangunnya pada 28 Desember 1994 ini merupakan radio masyarakat yang dikembangkan untuk menggali potensi-potensi yang ada di lingkungan masyarakat. 

"Kami menawarkan edukasi sekaligus entertain kepada masyarakat dan banyak mengandung konten lokal," katanya.

Faisal mengatakan, meski radio tidak memenuhi kebutuhan masyarakat akan visual, namun radio tetap menjadi media yang tak lekang oleh zaman. Alat komunikasi ini menjadi salah satu media yang bisa dinikmati penuh sembari beraktivitas.

"Ada pemirsa radio yang sangat fanatik. Mereka tidak bisa meninggalkan radio meskipun perkembangan teknologi semakin maju. Radio membawa semangat bernostalgia," kata Faisal.

Data Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021, menyebutkan televisi dan radio mengalami pertumbuhan sebesar 10,42% pada 2020. Meski akhirnya subsektor ini mengalami pukulan telak akibat pandemi COVID-19, namun angka tersebut cukup memberikan harapan akan masa depan radio di Indonesia.

Hasil riset Nielsen Radio Audience Measurement menunjukkan, waktu masyarakat untuk mendengarkan radio per minggu bertumbuh dari tahun ke tahun. Jika pada 2014 pendengar radio menghabiskan waktu untuk mendengarkan radio selama 16 jam per minggu, kini menjadi 16 jam 18 menit per minggu.

Hasil temuan Nielsen juga menunjukkan 57% dari total pendengar radio berasal dari Generasi Z dan Milenial. Banyaknya pendengar dari dua kalangan ini memberikan harapan besar bagi radio di Indonesia. Pasalnya, kedua kelompok usia ini disebut sebagai masa depan yang akan membuat radio tetap eksis.

Bukan hanya pendengar dan jam mendengarkan radio yang bertambah, ternyata kepedualian pemasang iklan juga tak berubah dari tahun ke tahun. 

Dengan kata lain, radio masih menjadi media pilihan pemerintah dan partai politik untuk beriklan. Kemampuan beradaptasi dengan teknologi menjadi kunci utama industri kreatif radio bertahan hingga era internet saat ini.

Tidak berhenti di sana, radio juga memiliki peran strategis dalam memperkuat ekonomi kreatif di masyarakat. "Kami menyuguhkan acara-acara yang diniatkan menginspirasi masyarakat untuk berkreativitas di bidang ekonomi," katanya.

Sebab itu Faisal yakin masyarakat masih memandang radio relevan untuk dijadikan media iklan berbiaya terjangkau bagi industri kreatif. Wajar, karena radio bisa didengarkan dengan mudah di mana saja dan kapan saja.

Menurut Faisal, fleksibilitas pada radio juga bisa dimanfaatkan untuk membantu industri kreatif di Indonesia. Radio masih sangat menjanjikan sebagai media promosi bagi para pelaku industri ekonomi kreatif. Apalagi sekarang radio juga mulai melebur dengan streaming platform musik digital sehingga bisa menjangkau audiens lebih luas lagi.  

"Semoga RAU FM 105,0 MHz bisa terus berperan serta memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk membantu komunitas di industri ekonomi kreatif yang bisa mendorong pemulihan ekonomi negara ini," katanya.

Menurut Faisal, pihaknya berusaha mengoptimalkan fleksibilitas radio sebagai media promosi, dan berharap bisa membantu para pelaku UMKM dalam mengembangkan usahanya. 

"RAU FM 105,0 MHz bisa menyebarkan semangat yang bagus tentang rasa optimisme ke seluruh pendengar di berbagai daerah. Kami memiliki mata acara Jumat Berkah berupa kegiatan berbagi rezeki, infag dan sedekah kepada masyarakat," katanya.


Tidak ada komentar

Beranda