Penulis: Efry Nasaktion | Editor: Budi Hutasuhut
Jumat malam curah hujan sangat tinggi di Kota Padangsidimpuan. Kondisi ini telah diramalkan Badan Metereologi dan Geofisika (BMG) dan disiarkan lewat iklan yang muncul di media sosial. Belakangan BMG proaktif mengumumkan prakiraan cuaca mengingat terjadinya perubahan iklim secara global.
Hampir selama 4 jam hujan deras berkepanjangan mengguyur Kota Padangsidimpuan. Listrik tiba-tiba mati. Pukul 19.00 Wib, masyarakat di Kelurahan Barunadua Jae, Lingkungan VI Bukit Horas mulai panik ketika air masuk ke dalam rumah.
"Air deras mendadak meluncur dari arah Tor Bukit Horas," kata Boru Sinaga, salah seorang warga yang tak sempat mengangkatan perabotan hingga terendam setinggi pinggang orang dewasa.
Arus air yang kuat meluber dari saluran pembuangan, memasuki badan jalan menuju perkampungan penduduk di wilayah Lingkungan VI Bukit Horas. Tidak kuat menahan hantaman arus air, aspal jalan mengelupak. Aspal yang terkelupak hanyut dan akhirnya melintang di jalan. Infrastruktur yang dibangun lima tahun lalu itu, kini kembali ke bentuk awal sebagai jalan berbatu-batu tanpa aspal.
Sekitar satu kilometer dari Lingkungan VI Bukit Horas, bukit berupa kebun karet di daerah Tanggal, mengalami longsor. Suara tanah longsor terdengar ke mana-mana. Air dan tanah dalam volume besar meluncur menghanyutkan pohon-pohon karet dan menimpa ruas jalan lintas Kecamatan Batunadua-Sitamiang, persis di depan kampus Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.
Tanah longsor yang menutup jalaur lalu-lintas, membuat para sopir panik dan meninggalkan kendaraannya. Sebelum tanah longsor menimbun jalan, para sopir sudah berhenti sehingga tak ada kendaraan yang tertimpa longsoran tanah.
Akibat tanah lonmgsor, situasi tanah di atas jalan masih labil. Dikhawatirkan longsor susulan akan terjadi. Namun, sampai Sabtu, 15 Maret 2023, Tim Pengendalian Bencana dari jajaran Pemda Kota Padangsidimpuan sudah melakukan pembersihan material tanah timbunan dari jalan.
Curah hujan yang tinggi menyebabkan debit air meningkat di sejumlah saluran air yang ada di Lingkungan 1, Lingkungan 2, Lingkungan 3, Lingkungan 4, dan Lingkungan 5 di Kelurahan Batunadua Jae. Air meluber dari saluran pembuangan, menggenangi Jalan Raya Raja inal Siregar Batunadua membuat arus lalu-lintas macet. Para sopir kendaraan harus ekstra hati-hati karena ada banyak tumpukan sampah yang keluar dari saluran pembuangan ke jalan raya.
Kondisi semakin parah karena listrik padam. Saluran listrik dimatikan PLN karena permukaan air yang meluber ke jalan raya telah merembes ke kantor PLN Batunadua.
Kondisi yang sama juga terjadi di Kelurahan Batunadua Julu, limpasan air dari saluran pembuangan naik ke jalan raya hingga membentuk sungai. Limpasan air juga menggenangi kampus Aufa Royan, SPBU, dan rumah serta lahan-lahan pesawahan milik warga.
Situasi saat itu membuat semua warga di Kecamatan Batunadua menjadi panik. Air yang masuk ke dalam rumah, longsonr yang suatu waktu mengancam, masih ditambah munculnya kabar tentang ada orang hanyut di wilayah Hapnisi, Kecamatan Batunadua, dan belum ditemukan keberadaannya.
Selain akibat melubernya air dari saluran pembuangan hingga arus air di dalam paret yang ada di kiri dan kanan Jalan Raya Raja Inal Siregar Batunadua menjadi deras dan membahayakan keselamatan, curah hujan yang tinggi juga menaikkan debit air di Sungai Batang Ayumi.
Batang Ayumi Mengamuk
Sungai sepanjang 16 km yang mengalir dari hulunya di kawasan hutan Dolok Lubuk Raya, ini bagai mengamuk dan menghantam apa saja yang menghalanginya. Arus air yang melewati Kecamatan Batunadua, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, dan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ini naik hingga 10 meter, nyaris menghantam puluhan jembatan yang melintangi sungai.
Di Kecamatan Batunadua, Batang Ayumi mulai menderas setelah menampung air dari Aek Mompang dan Aek Sipogas. Debit air di Batang Ayumi yang bertambah, mengalir deras dari Kecamatan Batunadua menuju Sitamiang di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan. Air menghanyutkan rumah dan warung milik warga di sekitar Kantor Kelurahan Sitamiang.
"Keluarga saya selamat. Kami mengungsi sebelum air datang," kata Gunawan Lubis, warga Kelurahan Sitamiang Baru, Kecamatan Sitamiang.
Namun, warung kopi dan tempat mencuci kendaraan yang merupakan usaha keluarga Gunawan Lubis sehari-hari, habis tak bersisa disapu banjir. Mesin dan perabotan hilang dibawa air.
Air dari Batang Ayumi naik hingga ke rumah Gunawan Lubis, padahal saat kondisi normal permukaan air berada lima meter di bawah. kondisi serupa juga dialami para tetangga Gunawan Lubis.
Tak jauh dari lokasi rumah Gunawan Lubis, masih di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Batang Ayumi, banjir menyapu rumah-rumah warga.
Sebanyak 728 warga Kota Padangsidimpuan terpaksa harus memilih mengungsi ke tempat keluarga pasca banjir bandang Padangsidimpuan kemarin.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Padangsidimpuan, dampak banjir dan tanah longsor terdampak terhadap warga di Kecamatan Padangsidimpuan Selaran: Kelurahan Sidangkal, Kelurahan Aek Tampang, Kelurahan Sitamiang Baru, Kelurahan Ujung Padang, Kelurahan Sitamiang, Kelurahan Padangmatinggi, dan Kelurahan Silandit.
Di Kecamatan Padangsidimpuan Utara, bencana terdampka terhadap warga di Kelurahan Wek IV, Kelurahan Batang Ayumi Jae.
Data sementara, sekitar 1.054 warga di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dan Padangsidimpuan Utara yang menjadi korban. Ada sebanyak 20 unit hanyut, dan rusak ringan sebanyak 144 unit. Dampak yang paling parah terjadi di Kelurahan Ujung Padang, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan sebanyak 8 bangunan rumah rusak berat, dan 18 rusak ringan.
Sementara Kabid Penanganan Darurat Peralatan dan Logistik BPBD Sumut, Sri Wahyuni Pancasilawati dalam perbincangan bersama Pro 3 RRI, Minggu 16 Maret /2025, mengatakan ada dua korban hilang dalam banjir dan longsor di Kota Padangsidimpuan.
"Kami juga melakukan Operasi SAR terhadap korban yang hilang. Itu ada dua yang hilang," katanya.
Ia menyampaikan warga yang hilang itu berasal dari Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.
Selain melakukan penilaian terhadap bencana, menurutnya, BPBD juga melakukan pemenuhan kebutuhan dasar terhadap masyarakat terdampak bencana.
"Kami juga melakukan pembersihan rumah-rumah dari material lumpur, juga pembersihan pohon-pohon tumbang," ujarnya.
Sri menyebut sebanyak 260 jiwa terdampak banjir dan tanah longsor seperti di Kecamatan Padangsidimpuan Utara. "Di wilayah itu sebanyak 241 jiwa itu mengungsi," ucapnya.
Selain itu, di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan terdapat 2.519 jiwa terdampak banjir. Dengan 470 warga yang mengungsi.
Sedangkan di Padangsidimpuan Tenggara tidak pengungsi. Namun sebanyak 187;jiwa terdampak banjir tersebut.
Sementara itu, jumlah rumah rusak berat sebanyak 184 rumah. Rumah rusak sedang sebanyak 103 rumah dan rumah rusak ringan sebanyak 228 rumah.
Kemudian, fasilitas umum seperti sekolah yang rusak. Sekolah rusak sedang 1 unit dan sekolah yang mengalami rusak ringan 1 unit.
Selain itu, 1 unit rumah ibadah rusak sedang dan 1 unit rusak ringan. "Untuk fasilitas umum lain mereka masih melakukan pendataan," katanya.
Aliran Sungai Meluap
Banjir dan longsor yang mendera lima kemelanda Kota Padangsidimpuan menyebabkan gangguan aktivitas dan kerusakan infrastruktur publik di sejumlah titik. Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan aliran 11 sungai yang ada di Kota Padangsidimpuan meluap dan mereendam kawasan pemukiman dan jalur utama di Jalan Lintas Padangsidimpuan-Payabungan, Jalan Lintas Padangsidimpuan-Sipirok, dan Jalan Lintas Padangsidimpuan-Sibolga.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan, ada 11 sungai yang mengalir di Kota Padangsidimpuan seperti Batang Angkola sepanjang 25km, Batang Kumal (11km), Batang Ayumi (16 km), Aek Rokkare (5 km), Aek Sipogas (6 km), Aek Tolping (3 km), Aek Silangkitang (2 km), Aek Ratta (4 km), Aek Silandit (3 km), Aek Tohul (4 km), dan Aek Mompang (6 km).
Beberapa sungai kecil bermuara ke Batang Ayumi seperti Aek Sipogas, Aek Rokkare, dan Aek Silandit, dan Aek Mompang. Beberapa lainnya bermuara di Batang Angkola, termasuk Batang Ayumi menyatu dengan Batang Angkola.
Hulu dari 11 sungai yang mengalir di Kota Padangsidimpuan berasal kawasan hutan di Dolok Lubuik Raya dan dari tor (bukit) lain yang mengelilingi Kota Padangsidimpuan. Dari pemantauan Sinar Tabagsel, kondisi kawasan hutan di hulu 11 sungai itu sudah mengalami deforestrasi. Kawasan hutan berubah menjadi daerah pertanian dan tempat wisata.
Hulu Batang Ayumi adalah kawasan hutan yang termasuk Cagar Alam Dolok Lubuk Raya seluar 5.000 hektare. Namun, kondisi kawasan ini mengalami deforestrasi sehingga tingginya curah hujan tak mampu ditampung lahan-lahan yang bukan lagi kawasan hutan.
Dampak buruk dari hilangnya hutan alam adalah berkurangnya kemampuan tanah dalam menyerap udara, sehingga meningkatkan risiko limpasan permukaan (aliran permukaan) dan mempercepat terjadinya banjir.
Tingginya curah hujan yang berdampak terhadap naiknya debit air yang masuk ke 11 sungai yang mengalir di Kota Padangsidimpuan, tak bisa ditampung badan sungai yang mengalami penyempitan akibat pertumbuhan perumahan warga. Konversi lahan yang masif kemudian menjadi lahan terbangun memperparah situasi. Tidak sedikit badan sungai dipakai warga untuk mendirikan rumah dan bangunan. Kondisi menyempitnya badan sungai terjadi di Aek Rokkare, Aek Sipogas, Aek Silandit.
COMMENTS