.

Film Biopic Lafran Pane Diluncurkan 2024

 

KAHMI merilis trailer dan poster film berjudul Lafran garapan sutradara Faozan Rizal.  

Penulis: Budi Hutasuhut | Editor: Hady K. Harahap

Pada tahun 1942, saat tentara Jepang merampas hasil panen padi masyarakat di Padang Sidimpuan--sebuah kota di wilayah Tapanuli bagian Selatan yang pernah menjadi ibu kota Keresidenan Tapanuli kurun 1885-1905-- sekelompok pemuda yang baru pulang dari perantauan menggelar aksi protes. Salah seorang pemuda itu bernama Lafran Pane, berpidato menolak Jepang melakukan perampasan terhadap harta masyarakat. Pidatonya membakar para pemuda, membuat aksi protes itu berbuntut jadi kerusuhan.

"Lafran ditangkap dan divonis hukuman mati," kata Malawat Pane, kakek Lafran Pane, sepupu dari ayahnya, Sutan Panguraban Pane, sebagaimana disampaikannya dalam buku Sutan Pangurabaan Pane, Berjuang dengan Tulisan (hasil penelitian sejarah yang diterbitkan  Kemendikbudnas tahun 2019) karya Yunus Hutasuhut dan Budi Hutasuhut. 

Kabar Lafran Pane akan dihukum mati oleh Jepang dengan cara ditembak, membuat keluarga besar marga Pane yang ada di Desa Pangurabaan, Kecamatan Sipirok, sontak kaget. Keluarga ibu Lafran Pane yang merupakan anggota keluarga besar Raja Luat Bagas Nagodang Sipirok, juga ikut bereaksi.  

Rapat keluarga pun digelar. Sutan Pangurabaan Pane, ayah Lafran Pane, kemudian menemui Sakamoto, komandan tentara Jepang yang berkuasa di Kecamatan Sipirok, di markasnya di Pasar Sipirok (sekarang Kantor Koramil Sipirok). 

Sutan Pangurabaan Pane mengenali dan Sakamoto. Sakomoto sendiri sangat mengenal Sutan Pangurabaan Pane sebagai seorang budayawan, tokoh pers pemilik sejumlah perusahaan surat kabar, pengusaha pemilik percetakan dan perusahaan otomotif PO Sibualbuali, dan sastrawan penulis novel berbahasa Batak berjudul Toelbok Haleon. Kepada komandan tentara Jepang itu, Sutan Pangurabaan Pane minta agar Lafran Pane dibebaskan dari segala tuntutan. 

Sakamoto kemudian berunding dengan komandan Jepang di Padang Sidimpuan. Dari perundingan itu, diperoleh kesimpulan Lafran Pane akan bebas dengan catatan Sutan Pangurabaan Pane menyerahkan semua kendaraannya merek Sibualbuali kepada Jepang. Selain itu, Lafran Pane dilarang berada di Padang Sidimpuan.

Tak butuh waktu lama, Sutan Pangurabaan Pane didukung oleh keluarga besarnya Raja Luat Bagas Nagodang Sipirok,  menyanggupi dan mengirimkan beberapa unit mobil yang merupakan armada angkutan Sibualbuali ke Padang Sidimpuan. Mobil-mobil itu dibawa langsung oleh para sopir Sibualbuali, diletakkan di halaman markas Jepang. 

Sejak itu, PO Sibualbuali, perusahaan transportasi pertama yang dibangun Sutan Pangurabaan Pane pada tahun 1930,  berhenti beroperasi. Tidak ada lagi armadanya, semua diberikan kepada Jepang agar Lafran Pane terbebas dari hukuman mati. 

Dampak posisitifnya, setelah peristiwa yang nyaris menghilangkan nyawanya, Lafran Pane kembali ke Yogjakarta untuk melanjuitkan kuliahnya. Sejak itu, Lafran Pane semakin aktif di dunia pergerakan, cara pandangannya semakin dewasa. Sebagai aktivis, dia memperjuangkan keindonesiaan. Idealismenya menguat, prinsip hidup makin tegak untuk Indonesia.

Kelak Lafran Pane dikenal sebagai pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Pahlawan nasional yang jasa-jasanya selalu akan dikenang, terutama oleh para mahasiswa yang tergabung dalam HMI. Dia berjuang sejak era zaman kolonialisme Jepang, meskipun riwayat hidupnya sejak kecil lebih menunjukkan sebagai generasi muda yang tidak memiliki kepekaan sosial akibat kurang kasih sayang dalam keluarga.

Kisah Lafran Pane Difilimkan

Mengenang jasa-jasa Lafran Pane, Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) mengajak rumah produksi Reborn Intiatives membuat film tentang Lafran Pane.  

Proses produksi dimulai 2018, tepat saat peringatan satu tahun Lafran Pane ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai Pahlawan Nasional. Dr. Akbar  Tandjung dari KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam) bertindak sebagai Executive Producer bersama Dr. Arif Rosyid Hasan. 

Saat peringatan HUT HMI tahun 2018 yang digelar di Perpustakaan Daerah Lafran Pane di Desa Pangurabaan, Sipirok, Tapanuli Selatan, Akbar Tandjung menyampaikan rencana pembuatan film tentang Lafran Pane telah sampai tahap produksi. Film akan menceritakan sisi lain dari Lafran Pane, mengandalkan sudut pandang orang kedua yang melakukan korenspondensi dengan Lafran Pane.

Film yang sedianya akan diluncurkan tahun 2020 itu, tertunda penggarapannya akibat pandemi Coviud-19 pada 2019. Proses produksi jadi molor, dan baru dikerjakan kembali pasca poandemi Covid-19. Reborn Intiatives menuntaskan pasca produksi film bergenre biopic (biography pictures) itu. 

Pada 10 November 2023 lalu,  bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional, KAHMI merilis trailer dan poster resmi film berjudul Lafran garapan sutradara Faozan Rizal itu. Tahun 2024, direncanakan film yang dapat menjadi inspirasi dalam upaya terus menerus menyatukan seluruh komponen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, itu akan diluncurkan kepada publik..

Lafran Pane dalam sebuah acara di masa lampau

Dalam film ini, sosok Lafran Pane diperankan oleh Dimas Anggara. Penerima penghargaan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dari Indonesian Box Office Movie Awards 2016 dan 2017 ini, memainkan sosok Lafran muda yang sedang berada di Yogjakarta. 

Selain Dimas Anggara, ada Mathias Muchus yang memerankan sosok Tuan Syekh Badurrahman Siregar, kakek dari Lafran Pane. Di dalam skenario film ini disebutkan Syekh Badurahman bermarga Pane, seharusnya dia bermarga Siregar. Pasalnya, Syekh Badurrahman merupakan ayah dari ibu Lafran Pane boru Siregar yang berasal dari Kelurahan Bagas Nagodang. 

‘’Ide pembuatan film Lafran ini berawal dari Bang Akbar Tandjung, tentang pentingnya peran HMI dan organ-organ pendukungnya kembali memperjuangkan cita-cita dan gagasan Lafran Pane tentang keindonesiaan yang menyatukan. Dan siapapun itu mereka yang pernah merasa sebagai kader HMI mesti menyaksikan film Lafran ini,” kata Dr. Arif Rosyid Hasan, Produser Eksekutif film Lafran.

Tidak ada komentar

Beranda