.

Mengapa Tulisan Aku Ditolak Media

 Penulis: Budi P Hutasuhut |  Jurnalis Sinar Tabagsel



Mengapa tulisan yang aku kirim ke Sinar Tabagsel tidak satu pun yang dimuat atau dipublikasikan? 

Pertanyaan seperti itu, atau yang mirip seperti itu, yang intinya mempertanyakan kenapa tulisannya tidak disiarkan di Sinar Tabgsel, berkali-kali disampaikan para penulis. 

Tidak ada yang salah dengan pertanyaan seperti itu, atau tidak ada peraturan yang dilanggar jika para penulis mempertanyakan nasib hasil karyanya.  Itu hal yang wajar. Bahkan, sudah seharusnya seorang penulis mempertanyakan nasib karya tulisnya. 

Sebab itu, tulisan berikut ini akan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Saya tidak berharap jawaban ini akan memuaskan semua orang yang bertanya, karena setiap orang berbeda antar satu dengan lainnya, dan dengan sendirinya berbeda pula tingkat kepuasannya atas sesuatu hal.

Saya mulai dengan menjelaskan tulisan yang bisa disiarkan di Sinar Tabagsel.  Sudah menjadi kesepakatan redaksi, tulisan dari para penulis di luar internal Sinar Tabagsel yang dapat disiarkan adalah puisi, cerpen, esai, opini, dan resensi buku. 

Tulisan-tulisan itu akan disiarkan di Sinar Tabgsel jika redaktur, pertama-tama, tidak menemukan kesalahan teknis dalam penulisan. Sebagai contoh, banyak tulisan yang dikirim ke redaksi tetapi tidak menerakan atau mencantumkan nama penulisnya, tidak pula memiliki alamat yang jelas dan nomor kontak yang bisa dihubungi. 

Kenapa perihal data-data penulis ini penting? Karena  menulis adalah laku berpikir, yang menghasilkan gagasan-gagasan penting dan orisinal, yang besar kemungkinan dapat membantu perikehidupan manusia. Sebagai gagasan, tulisan itu memiliki hak cipta dan hak intelektual yang melekat kepada penulisnya. 

Untuk menghargai para penulis, Sinar Tabagsel memutuskan tidak akan menyiarkan tulisan yang tidak mencantumkan nama penulisnya. Resikonya berkaitan tentang hukum, karena dikhawatirkan tulisan tersebut tidak orisinal, sehingga ada hak orang lain yang disalahgunakan. 

Dengan kata lain, pencantuman nama penulis berkaitan dengan pengakuan sah dari seorang penulis atas gagasan yang ada dalam tulisannya. Jika gagasan itu kemudian bertentang dengan hukum yang berlaku, sudah barang tentu penulis bersangkutan bertanggung jawab untuk menjelaskan gagasan yang disampaikannya.

Kesalahan teknis lainnya terjadi sebagai akibat dari ketidaktelitian dalam bekerja. Kesalahan-kesalahan dalam pemakaian bahasa Indonesia acap terjadi. Kesalahan yang fatal dalam berbahasa Indonesia sering disebabkan para penulis memasukkan bahasa lisan (sehari-hari) ke dalam bahasa tulisan, yang menunjukkan bahwa penulis bersangkutan kurang menguasai bahasa Indonesia yang baik dengan ejaan yang baik. 

Ketidaktelitian dalam berbahasa Indonesia sering juga disebabkan si penulis terlalu cepat merasa puas atas hasil kerjanya. Dia tidak bertindak sebagai editor atas hasil tulisannya. Seorang penulis seharusnya merangkap sebagai editor, yakni orang yang melakukan kerja pengeditan terhadap tulisan. Kerja seorang editor tidak hanya mengurusi perkara bahasa, tetapi juga perkara logika berbahasa. Contohnya, jika dalam tata bahasa Indonesia ada logika berbahasa yang disebut diterangkan menerangkan, maka seorang editor mesti melakukan pengeditan (bila perlu menghapus) logika berbahasa yang terbalik, atau diterangkan menerangkan. 

Kesalahan lain yang sering kami temui dalam tulisan yang dikirim, terkait dengan tema yang dibicarakan. Sebagian besar penulis, menulis tema yang tidak dikuasainya dengan sangat baik. Pengetahuannya tentang tema yang ditulisnya tidak dipupuk atau ditingkatkan dengan ragam bacaan yang menjadi referensi, sehingga pembabaran atau analisis yang disampaikan terhadap persoalan yang dipersoalkan menjadi sangat dangkal, hanya membicarakan tingkat permukaan. 

Tulisan yang hanya bermain-main di permukaan dari persoalan tidak akan membawa manfaat terhadap pembaca, sehingga seorang penulis disyaratkan mesti menggali lagi lebih dalam ke inti dan subtansi dari persoalan-persoalan yang dibicarakan. 

Intinya, pekerjaan menulis merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketekunan, ketelitian, kedalaman, dan semua itu dilakukan dengan riang gembira. Pada akhirnya, semua tulisan bertujuan untuk menghibur para pembaca. Menghibur secara cerdas. Sebab, seseorang yang bisa menangkap makna dari sebuah tulisan akan merasa senang dan terhibur setelah membaca tulisan tersebut.

 

Tidak ada komentar

Beranda