Bang Harlen lahir dengan nama Hady Kurniawan Harahap. Menulis cerpen, puisi, dan catatan perjalanan. Sebagian karyanya disiarkan di Kompas, Republika, Sinar Tabagsel. Pernah diundang dalam Festival Sastra Asia Tenggara II di Padang Panjang. Kini menjadi jurnalis di Sinar Tabgsel.
Puisi-puisinya sebagai berikut:
Markusip
Meski berselimut setengah abad
Bilah-bilah kayu itu tetap melintang erat
Memberi makan rayap-rayap
Yang senantiasa mendekat
Dua insan saling berdendang rindu
Memaut cinta lewat celah sempit itu
Oi amang! Aku tersulut api cemburu
Pada hikayat kakek dan nenekku
Lantas,
Bagaimanakah markusip itu kini?
Ah! Ia hanya selembar dokumen
Dalam bingkai emas modern
Yang sarat akan ilusi
Padang Sidimpuan, 2022
Sang
adalah mata
melihat yang tersembunyi
mengenali wajah-wajah hipokrasi
adalah sumur abadi
ditimba takkan habis
dikeruk takkan terkikis
adalah rindu yang dituju
rumah untuk mengadu
muara bagi yang melaju
Padang Sidimpuan, 2022
Kematian
Jika kematian adalah rok mini, maka aku
adalah tatapan liar para lelaki.
Jika kematian adalah impotensi, maka aku
ikhlas membujang sampai mati.
Jika kematian adalah matahari, maka aku
adalah pakaian yang baru selesia dicuci
Jika kematian adalah novel fiksi, maka aku
adalah pengarang yang pandai berimajinasi.
Jika kematian adalah seekor iblis, maka aku
adalah mangsa yang paling manis.
Jika kematian adalah Sapardi, maka aku
adalah hujan di Bulan Juni
Jika kematian adalah ampas kopi, maka aku
adalah cangkir yang begadang menanti pagi.
Jika kematian adalah moncong senjata pemburu, maka aku
adalah harimau yang akan menerkammu.
Jika kematian adalah pemantik, maka relakanlah
Kurawat asap ini agar ia urung berkedip.
Padang Sidimpuan, 2022
Aku Ingin
Aku ingin keinginanku adalah lilin
yang meleleh dalam mulut gulita
aku ingin keinginanku menjelma angin
yang mengusir peluh para pekerja
aku ingin keinginanku diikuti amin
yang kau selipkan di antara doa-doa
Padang Sidimpuan, 2023
Posting Komentar