Penulis: Budi Hutasuhut | Jurnalis Sinar Tabagsel
Dalam laman resmi PT Agincourt Resources menyebut, perusahaan
penambangan emas yang diakuisisi PT Danusa Tambang Nusantara (anak
perusahaan PT Pamapersada Nusantara dan PT United Tractors Tbk) dari
konsorsium (yang terdiri dari EMR Kapital, perusahaan dana ekuitas swasta
dengan spesialisasi pertambangan, Farallon Capital, perusahaan investor
keuangan global, dan Robert Hartono & Michael Bambang Hartono) telah
menggelontorkan dana besar untuk eksplorasi lanjutan di beberapa lokasi yang
berbeda guna menemukan cadangan emas baru.
Saat ini, jumlah sumber
daya mineral Tambang Martabe mencapai 8,1 juta oz emas, tersebar di enam area
deposit. Dari enam area tersebut, baru tiga yang berproduksi: Barani Pit
(dibuka 2016), Ramba Joring Pit (2017), dan Purnama Pit (2011). Tiga area
lainnya berada di Uluala Hulu, Tor Uluala, dan Tor Uluala West yang masih dalam
kawasan Hutan Batangtoru, berbatasan dengan Kecamatan Marancar.
Menurut sumber Sinar
Tabagsel di lingkungan PT Agincourt Resources, area tambang Uluala
Hulu, Tor Uluala, dan Tor Uluala West dibuka setelah cadangan emas di area
Barani Pit, Ramba Joring Pit, dan Purnama Pit yang ada di Kecamatan Batangtoru
usia tambangnya sangat rendah. Namun, setelah PT Agincourt Resources membuka area
Uluala Hulu, Tor Uluala, dan Tor Uluala West, ternyata potensi cadangan
emas di dalamnya tidak ekonomis untuk diproduksi.
Sebab itu, PT Agincourt
Resources menjadi agresif melakukan ekplorasi menemukan cadangan emas untuk
memperpanjang umur deposit Tambang Martabe. Agresivitas PT Agincourt Resources
ditunjukkan dengan investasi senilai 25 juta dolar AS atau sekitar Rp350 miliar
pada 2019 untuk operasional dengan memanfaatkan 1.303 km2 (130.252 hektare)
wilayah tambang dalam Kontrak Karya generasi VI yang berlokasi di Kabupaten
Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Mandailing Natal. Area
operasional Tambang Martabe di dalam konsesi yang terletak di Kabupaten
Tapanuli Selatan meliputi area 509 hektare, dan mengoperasikan 13 anjungan pengeboran
(drill rig).
Tahun 2021, eksplorasi
tambang PT Agincourt Resources menyasar ke areal masyarakat adat Luat Losung
Batu bermarga Harahap yang ada di Desa Sihuik-kuik, Kecamatan Angkola Selatan.
Kehadiran basecamp PT Agincourt Resources yang sedang mengeksplorasi
wilayah tambang itu diprotes warga pada Jumat, 6 Januari 2023 lalu karena tidak
minta izin sebagaimana laporan di Polres TapSelatan kepada masyarakat pemilik
hak ulayat. Persoalan dengan masyarakat Luat Losong Batu belum selesai hingga
hari ini.
Masyarakat
mengkhawatirkan, agresivitas PT Agincourt Resources mencari cadangan emas ini
akan menimbulkan masalah baru, terutama karena bentrokan dengan kepentingan
masyarakat sebagai pemilik hak ulayat. Pasalnya, dari 1.303 km2 (130.252
hektare) wilayah tambang dalam Kontrak Karya generasi VI yang dikantongi PT
Agincourt Resources, sebagian besar merupakan tanah ulayat milik masyarakat
luat. Bahkan, sejumlah area cadangan emas milik PT Agincourt Resources
yang ada di kawasan Kecamatan Batangtoru dan Kecamatan Maratcar saat ini, masih
belum tuntas urusannya dengan masyarakat adat Luat Marancar terkait
penyelesaian uang pago-pago.
Sementara itu
sumber Sinar Tabagsel yang ada di lingkungan PT United
Tractors Tbk (UNTR), induk PT Danusa Tambang Nusantara yang menguasai 95% saham
PT Agincourt Resources dan 5% dikuasai PT Artha Nugraha Agunung
(konsorsium BUMD (badan usaha milik daerah) Pemda Tapanuli Selatan 70& saham
dan Pemprov Sumatera Utara 30%), menyebutkan UNTR menaksir ada penurunan
proyeksi volume penjualan emas lewat Tambang Martabe pada 2023.
Produksi emas UNTR
diprediksi hanya mencapai 140.000 ounces, atau jauh di bawah penjualan emas
2022 sebesar sekitar 285.000 ounces. Penyebabnya, UNTR melihat hasil eksplorasi
yang dilakukan sejak 2019 menunjukkan grade mineral emas yang
ditambang lebih rendah, sehingga setelah diproses menghasilkan output emas
yang lebih sedikit. Dengan kata lain, cadangan emas yang diekplorasi PT
Agincourt Resources dan sangat agresif sejak 2019 ternyata tidak ekonomis untuk
diproduksi.
Dilihat dari laporan
keuangan PT Agincourt Resources sejak 2016, grafik penjualan emas hasil
produksi menunjukkan penurunan signifikan dari tahun ke tahun. Sejak 95% saham
diakuisisi PT Danusa Tambang Nusantara pada 4 Desember 2018, grafik produksi
emas Tambang Martabe cenderung menurun.
Posting Komentar