Rendah Grade Emas Produksi Tambang Martabe

 Penulis: Budi Hutasuhut | Jurnalis Sinar Tabagsel


Produksi emas PT Agincourt Resources, perusahaan pengelola Tambang Emas Martabe di Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan,  mengalami penurunan dari tahun ke tahun akibat grade mineral emas yang ditambang sangat rendah. Tahun 2023, volume produksi emas akan diturunkan sampai 35% dari 280.0000 ounces produksi pada 2022 untuk memperpanjang umur kandungan mineralnya hingga 2050.

Dalam laman resmi PT Agincourt Resources menyebut, perusahaan penambangan emas yang diakuisisi PT Danusa Tambang Nusantara (anak perusahaan  PT Pamapersada Nusantara dan PT United Tractors Tbk) dari konsorsium (yang terdiri dari EMR Kapital, perusahaan dana ekuitas swasta dengan spesialisasi pertambangan, Farallon Capital, perusahaan investor keuangan global, dan Robert Hartono & Michael Bambang Hartono) telah menggelontorkan dana besar untuk eksplorasi lanjutan di beberapa lokasi yang berbeda guna menemukan cadangan emas baru.

Saat ini, jumlah sumber daya mineral Tambang Martabe mencapai 8,1 juta oz emas, tersebar di enam area deposit. Dari enam area tersebut, baru tiga yang berproduksi: Barani Pit (dibuka 2016),  Ramba Joring Pit (2017), dan Purnama Pit (2011). Tiga area lainnya berada di Uluala Hulu, Tor Uluala, dan Tor Uluala West yang masih dalam kawasan Hutan Batangtoru, berbatasan dengan Kecamatan Marancar. 

Menurut sumber Sinar Tabagsel di lingkungan PT Agincourt Resources, area tambang Uluala Hulu, Tor Uluala, dan Tor Uluala West dibuka setelah cadangan emas di area Barani Pit, Ramba Joring Pit, dan Purnama Pit yang ada di Kecamatan Batangtoru usia tambangnya sangat rendah. Namun, setelah PT Agincourt Resources membuka area Uluala Hulu, Tor Uluala, dan Tor Uluala West,  ternyata potensi cadangan emas di dalamnya tidak ekonomis untuk diproduksi. 

Sebab itu, PT Agincourt Resources menjadi agresif melakukan ekplorasi menemukan cadangan emas untuk memperpanjang umur deposit Tambang Martabe. Agresivitas PT Agincourt Resources ditunjukkan dengan investasi senilai 25 juta dolar AS atau sekitar Rp350 miliar pada 2019 untuk operasional dengan memanfaatkan 1.303 km2 (130.252 hektare) wilayah tambang dalam Kontrak Karya generasi VI yang berlokasi di Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Mandailing Natal. Area operasional Tambang Martabe di dalam konsesi yang terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan meliputi area 509 hektare, dan mengoperasikan 13 anjungan pengeboran (drill rig).

Tahun 2021, eksplorasi tambang PT Agincourt Resources menyasar ke areal masyarakat adat Luat Losung Batu bermarga Harahap yang ada di Desa Sihuik-kuik, Kecamatan Angkola Selatan. Kehadiran basecamp PT Agincourt Resources yang sedang mengeksplorasi wilayah tambang itu diprotes warga pada Jumat, 6 Januari 2023 lalu karena tidak minta izin sebagaimana laporan di Polres TapSelatan kepada masyarakat pemilik hak ulayat. Persoalan dengan masyarakat Luat Losong Batu belum selesai hingga hari ini.

Masyarakat mengkhawatirkan, agresivitas PT Agincourt Resources mencari cadangan emas ini akan menimbulkan masalah baru, terutama karena bentrokan dengan kepentingan masyarakat sebagai pemilik hak ulayat. Pasalnya, dari 1.303 km2 (130.252 hektare) wilayah tambang dalam Kontrak Karya generasi VI yang dikantongi PT Agincourt Resources, sebagian besar merupakan tanah ulayat milik masyarakat luat.  Bahkan, sejumlah area cadangan emas milik PT Agincourt Resources yang ada di kawasan Kecamatan Batangtoru dan Kecamatan Maratcar saat ini, masih belum tuntas urusannya dengan masyarakat adat Luat Marancar terkait penyelesaian uang pago-pago. 

Sementara itu sumber Sinar Tabagsel yang ada di lingkungan PT United Tractors Tbk (UNTR), induk PT Danusa Tambang Nusantara yang menguasai 95% saham PT Agincourt Resources dan 5% dikuasai PT Artha Nugraha Agunung  (konsorsium BUMD (badan usaha milik daerah) Pemda Tapanuli Selatan 70& saham dan Pemprov Sumatera Utara 30%), menyebutkan UNTR menaksir ada penurunan proyeksi volume penjualan emas lewat Tambang Martabe pada 2023.  

Produksi emas UNTR diprediksi hanya mencapai 140.000 ounces, atau jauh di bawah penjualan emas 2022 sebesar sekitar 285.000 ounces. Penyebabnya, UNTR melihat hasil eksplorasi yang dilakukan sejak 2019 menunjukkan grade mineral emas yang ditambang lebih rendah, sehingga setelah diproses menghasilkan output emas yang lebih sedikit. Dengan kata lain, cadangan emas yang diekplorasi PT Agincourt Resources dan sangat agresif sejak 2019 ternyata tidak ekonomis untuk diproduksi.

Dilihat dari laporan keuangan PT Agincourt Resources sejak 2016, grafik penjualan emas hasil produksi menunjukkan penurunan signifikan dari tahun ke tahun. Sejak 95% saham diakuisisi PT Danusa Tambang Nusantara pada 4 Desember 2018, grafik produksi emas Tambang Martabe cenderung menurun. 

alt gambar
Copyright © Sinar Tabagsel. Designed by OddThemes