![]() |
Perajin tenun dan manik-manik di Kelurahan Hutasuhut, terimbas dampak Covid-19. |
"Jangan janjikan hal yang tak bisa diwujudkan. Masyarakat sudah sangat menderita akibat virus Corona, tambah menderita karena terlalu berharap" kata Nuraini, warga Lingkungan II, Kelurahan Bagasnagodang, Kecamatan Sipirok, ketika ditemui Sinartabagsel Online di rumahnya pada Kamis, 9 April 2020.
Nuraini yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, mengaku sekitar dua pekan lalu didatangi aparatur pemerintah tingkat lingkungan dan meminta kartu keluarga dengan alasan untuk mendata warga yang terimbas dampak Covid-19. Warga akan mendapat bantuan berupa sembako untuk mengurangi dampak Covid-19 yang membuat warga kesulitan berusaha di luar rumah.
Merasa senang dengan keterangan itu, Nuraini memberikan fotokopy kartu keluarganya dengan harapan akan mendapat bantuan. "Sampai hari ini tidak ada bantuan apapun, sementara kami diminta lebih banyak di dalam rumah," katanya.
Senada juga diakui beberapa warga di Keluarahan Hutasuhut, Kecamatan Sipirok, yang ditemui Sinartabagsel Online pada Kamis, 9 April 2020. Para warga yang bekerja sebagai pengrajin tenun dan manik-manik ini, paling banyak terimbas dampak penyebaran Covid-19. Hasil kerajinan yang diproduksi, tak bisa lagi dijual sehingga modal kerja terpendam.
"Kami biasa menjual hasil produksi ke Padang Sidempuan, tapi pemerintah membatasi warga agar tidak keluar rumah," kata Nurhayati Nainggolan (60), salah seorang perajin di Keluarahan Hutasuhut.
Nurhayati yang menjadi pengrajin manik-manik dan kain tenun selama hidupnya, mengaku menampung hasil kerajinan sejumlah perajin di Keluarahan Hutasuhut, dan menjual produk-produk kerajinan itu ke pedagang di Padang Sidempuan. Namun, sejak wabah virus Covid-19 merebak, dia tidak pernah lagi ke Padang Sidempuan dan industri rumah tangga berupa kerajinan itu berhenti berproduksi.
"Kami dengar pemerintah hendak memberi bantuan dampak Covid-19 dan kartu keluarga kami sudah dikumpulkan, tapi sampai hari ini belum ada realisasi," kata Nurhayati.
Nurhayati meminta agar Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul M. Pasaribu, segera mencarikan solusi atas persoalan yang dihadapi para perajin di Keluarhan Hutasuhut. Industri kerajinan tangan berupa manik-manik dan tenun ini terkena dampak Covid-19, dan masyarakat pengrajin tidak bisa lagi berusaha.
"Kalau mau membantu, setidaknya beri jaminan bahwa hasil produksi perajin bisa terjual," kata Nurhayati.
Para pedagang di Kelurahan Pasar Sipirok mengeluhkan dampak Covid-19 yang telah membuat pendapatan mereka berkurang drastis karena tidak ada pembeli yang datang. "Jika kondisi seperti ini berlangsung, usaha dagang kami tidak akan bisa diandalkan untuk hidup," kata Burhan, warga Lingkungan II, Kelurahan Pasar Sipirok.
Dia mengaku, aparat pemerintah tingkat lingkungan pernah datang ke rumahnya meminta kartu keluarga dan menjanjikan akan memberikan bantuan pemerintah terhadap warga terkena dampak Covid-19. "Sampai hari ini tidak ada realisasinya," katanya.
Peliput: Rozack Siregar
Editor: Efry Nasaktion
Posting Komentar