Ekonomi Lebaran Lesu di Padangsidimpuan

Puasa bulan Ramadan dan Lebaran 2025 di Kota Padangsidimpuan tidak mendongkrak ekonomi daerah.

Penulis: Efry Nasaktion | Editor: Budi Hutasuhut

Puasa Ramadan dan Lebaran setiap tahun jadi momentum penting ekonomi daerah. Konsumsi masyarakat meningkat, uang beredar bertambah karena dibawa pemudik, dan ekonomi bertumbuh. Tapi tahun ini, situasinya berbeda, daya beli masyarakat melemah dan pemudik tak banyak.

Sejumlah proyek pemerintah yang dibiayai APBD 2025 belum beroperasi, gaji tenaga honorer belum dibayar penuh, tunjangan para ASN masih tertunda,  dan THR (tunjangan hari raya) terlanjur habis menutupi utang. Semua itu menjadi faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat Kota Padangsidimpuan, sehingga grafik pertumbuhan ekonomi konsumsi yang seharusnya melonjak begitu memasuki awal puasa Ramadan justru berhenti. 

Roida, pedagang sembako di Pasar Sagumpal Bonang, merasakan lemahnya daya beli masyarakat saat puasa Ramadan. Permintaan barang seperti beras, minyak goreng, gula pasir, dan kebutuhan sehari-hari lainya/ tak mempengaruhi pasokan barang. 

“Dalam situasi kehilangan pembeli, pemerintah daerah malah menggelar pasar murah,” gerutu Roida. “Para pedagang tak banyak dapat untung tahun ini.”

Munculnya pasar murah di Kota Padangsidimpuan yang dipelopori Dinas Perdagangan Kota Padangsidimpuan dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya inflasi. Namun, kebijakan pasar murah itu justru berdampak terhadap berkurangnya keuntungan para pedagang. 

Menurunnya daya beli masyarakat terjadi secara nasional. Kondisi ini   dapat menjadi penyebabkan deflasi.  Menurut Badan Pusat Statistik, deflasi tahunan -0,09%, deflasi bulanan -0.48%, dan deflasi year to date -1,24%. Deflasi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar -0,12%  secara bulanan.

Bank Indonesia mencatat indeks penjualan riil pada Februari 2025 turun 0,5 persen year on year, yang dipengaruhi oleh jatuhnya penjualan pada tiga kelompok konsumsi: makanan, minuman, dan tembakau.

Konsumsi rumah tangga menurun drastis.  Kondisi ini akan semakin parah karena jumlah pemudik berkurang. Survei Kementerian Perhubungan menunjukkan jumlah pemudik pada Lebaran 2025 diperkirakan hanya 146,48 juta orang, turun 24 persen dibanding tahun lalu. 

Dengan asumsi satu keluarga menghabiskan Rp 3,75 juta selama mudik, perputaran uang pada Idul Fitri 2025 sebesar Rp 137,9 triliun, turun sekitar Rp 20 triliun dibanding tahun lalu. Dampak turunnya perputaran uang akan dirasakan pelaku usaha kecil, seperti pedagang dan sektor informal lainnya.

Pemudik Anak Kuliah

Sebagian besar pemudik di Kota Padangsidimpuan adalah anak-anak yang sedang berkuliah di sejumlah perguruan tinggi di luar Kota Padangsidimpuan. Momentum Lebaran 2025 membuat mereka libur kuliah, dan memanfaatkannya untuk mudik.

Kedatangan para pemudik anak kuliahan dari berbagai kota tidak membuat uang beredar bertambah di Kota Padangsidimpuan. Kehadiran mereka di dalam rumah tangga justru menjadi salah satu alasan melemahnya daya beli masyarakat. Para orang tua menunda belanja untuk persiapan anak yang akan memasuki tahun ajaran baru mengingat sumber pendapatan sangat minim.

Para pemudik dari kalangan bukan anak kuliahan relatif tidak ditemukan di Kota Padangsidimpuan. Diduga para pemudik menunda kepulangan akibat bencana PHK (pemutusan hubungan kerja) yang terjadi sejak 2022. Pada dua bulan pertama 2025, BPJS Ketenagakerjaan menyatakan sebanyak 40 ribu orang kehilangan pekerjaan.  Angka itu akan terus bertambah karena PT Sritex tutup pada awal Maret. 

Sejumlah pemudik yang ditemui mengakui, mereka ikut mudik gratis yang merupakan program Pemda Provinsi Sumatra Utara. Tanpa program dari gubernur Sumatra Utara, Bobby Afif Nasution, para pemudik yang merupakan mahasiswa di Kota Medan mengaku tak akan mudik. 

"Orang tua tidak mengirimkan ongkos untuk mudik. Gak tahu nanti soal pulang," kata Dahlan,  mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Kota Medan. 

Para pemudik yang merupakan anak kuliahan justru menambah beban rumah tangga menghadapi Lebaran karena masih harus memikirkan biaya pendidikan tahun ajaran baru pada Juni-Juli.

alt gambar
Copyright © Sinar Tabagsel. Designed by OddThemes