Pilih Satu dari Dua Pasangan Calon Bupati Tapsel yang Tak Harmonis di Internal Keluarganya

Masyarakat Kabupaten Tapanuli Selatan harus memilih satu dari dua pasangan calon Bupati-Wakil Bupati yang tak harmonis di internal keluarganya. 

Penulis: Hadi K. Harahap | Editor: Budi P Hutasuhut

Dua pasangan calon bupati-wakil bupati dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di Kabupaten Tapanuli Selatan dinyatakan sah sesuai pengumuman KPU Tapsel Nomor:1883/PL.02.2-Pu/1203/2/2024 pada Minggu,  22 September 2024.

Di dalam pengumuman itu disebutkan, pasangan Dolly P Pasaribu-Parulian Nasution sebagai calon bupati/wakil bupati dari jalur perseorangan, dan pasangan Gus Irawan Pasaribu-Jafar Syahbudin Ritonga sebagai pasangan calon Bupati/Wakil Bupati Tapsel dari koalisi 12 partai politik: PDIP, Golkar, Gerindra, PAN, Hanura, Nasdem, PPP, PSI, PKN, PKS, PKB, dan Demokrat.

Dengan adanya pengumuman KPU Tapsel ini, Pilkada serentak di Kabupaten Tapsel menjadi arena pertarungan antara calon perseorang melawan calon yang diusung partai politik. Pertarungan dua pasangan calon Bupati Tapsel ini akan mengubah Pilkada Tapsel menjadi arena pembuktian.

Apakah koalisi partai politik dengan calon yang diusungnya akan mampu mengalahkan calon yang perorangan? Apakah calon independen yang akan memenangi pertarungan?

Kedua pertanyaan ini akan terjawab setelah Pilkada digelar pada akhir November 2024?

Meskipun begitu, dinamika yang terjadi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Tapsel menunjukkan, masyarakat justru tak terlalu memperdulikan Pilkada Tapsel. Masyarakat mengetahui, pertarungan kedua pasangan calon kepala daerah ini lebih mengesankan sebagai upaya keduanya membawa persoalan internal keluarga ke ranah publik karena persoalan keluarga tidak bisa diselesaikan di tingkat internal. 

"Semua orang tahu, calon bupati Dolly Pasaribu itut anak kemenakan dari Gus Irawan Pasaribu. Mereka seharusnya menyelesaikan masalah internal keluarganya di dalam keluarga," kata Sofyan, tokoh masyarakat di Kecamatan Angkola Timur. "Jangan memakai momentum Pilkada untuk menyelesaikannya."

Sudah menjadi pendapat umum, Dolly Pasaribu yang merupakan petahana, merupakan anak dari Panusunan Pasaribu, saudara kandung Gus Irawan Pasaribu.  Dengan sendirinya Gus Irawan Pasaribu merupakan amanguda dari Dolly Pasaribu.

Menjelang Pilkada Tapsel, hubungan antara anak dengan amanguda itu pecah.  Dalam berbagai pertemuan dengan masyarakat di Kabupaten Tapsel, Gus Irawan Pasaribu beserta tim kampanyenya melancarkan strategi politik dengan memposisikan Dolly Pasaribu sebagai "anak durhaka yang melawan orang tuanya".  Namun, masyarakat Kabupaten Tapsel tidak sertamerta menerima tuduhan itu, lebih memilih mendukung Dolly Pasaribu yang dikesankan sebagai "anak yang dibuang keluarganya".

Bagi masyarakat Kabupaten Tapsel yang masih menjaga nilai-nilai budaya, yang mengajarkan pentingnya menjaga keutuhan keluarga,  menilai baik Dolly Pasaribu maupun Gus Irawan Pasaribu bukan tife pemimpin yang layak dimiliki masyarakat. Pasalnya, kedua calon kepala daerah ini sama-sama berasal dari lingkungan keluarga yang tidak harmonis, yang tidak mampu menyelesaikan masalah internalnya sehingga harus dibawa ke ranah publik dengan memanfaatkan momentum Pilkada.

Untuk menyelesaikan pertarungan internal keluarga Pasaribu akhirnya dibiayai dengan APBD Kabupaten Tapsel, dijadikan persoalan masyarakat luas.

Realitas ini sangat disayangkan terjadi. Pasalnya, masyarakat Kabupaten Tapsel tidak memiliki pilihan alternatif, harus memilih satu dari dua pasangan calon kepala daerah tersebut.