.

PLN Padang Sidimpuan Dorong UMKM Kopi Masuk Pasar Global

Menteri BUMN Erick Thohir bersama Owner UD Angkola Kopi Sipirok, UMKM binaan Rumah BUMN Padang Sidempuan, dalam acara Hybrid Expo 2022 di Gedung Sarinah Jakarta yang dibuka oleh Menteri BUMN 28 September hingga 2 Otober 2022 (Foto: Dok Rumah BUMN)

Jurnalis: Budi Hutasuhut | Editor: Efry Nasaktion 

Rumah BUMN sebuah bangunan permanen yang berdiri di halaman kompleks PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelanggan (UP3) Padang Sidempuan. Tepat di pinggir Jalan Raja Inal Siregar Batunadua, gedung yang berfungsi sebagai cafe sekaligus etalase ragam produk UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) itu dikelola oleh Usaha Dagang Angkola Kopi Sipirok (UD AKS) sejak 2019 lalu.

Owner UD AKS, Sholi Pohan, masih ingat ketika pertama kali terjun di bisnis minum kopi. Tahun 2013 waktu itu, dia membuka cafe sederhana di Pining Nabaris, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan. Bermodal pengalaman mengelola kopi yang diperoleh di Aceh, perantau asal Aceh yang memilih pulang ke kampung halamannya di Sipirok ini kemudian mengubah bangunan warisan keluarga itu jadi cafe sederhana. 

Awalnya bangunan itu kedai kopi tradisional, tempat warga sekitar menikmati minuman kopi varietas robusta. Dia merancang interior bangunan, membariskan toples-toples kaca berukuran 10 liter dan mengisinya dengan roasting berbagai varietas kopi. Berfungsi sebagai etalase kopi sekaligus hiasan, pemandangan itu menarik perhatian orang-orang yang melintas di jalan raya di depan cafe, yang kemudian segera singgah.

"Saya memulai menjual minuman kopi varietas arabika," kata Sholi Pohan, mengenang bagaimana dia mengawali Usaha Dagang Angkola Kopi Sipirok (UD AKS), ketika Sinar Tabagsel menemuinya di Rumah BUMN Padang Sidimpuan yang dikelolanya sejak 2019 lalu. 

Merek Angkola Kopi Sipirok (AKS) itu dia pasang di depan cafe sederhana itu. Namun, seperti telah dia duga, tidak banyak pelanggan yang datang. Penyebabnya sudah jelas, AKS menawarkan minuman kopi varietas arabika. Sementara masyarakat yang terbiasa minum kopi varietas robusta, kesulitan mengubah kebiasaan minum kopi. 

Tapi Sholi Pohan tidak berkecil hati, terus berusaha memperkenalkan minuman kopi varietas arabika. Tujuannya mendirikan AKS memang untuk memperkenalkan minuman kopi varietas arabika kepada masyatrakat. Pasalnya, masyarakat di Kecamatan Sipirok sedang giat-giatnya membudidayakan kopi varietas arabika yang dinamai Kopi Sigarar Utang, meskipun selama ini masyarakat terkenal dengan produksi kopi varietas robusta.  

Budidaya kopi arabika ini pertama kali dibawa oleh pengungsi asal Aceh yang dipindahkan pemerintah ke Desa Poldung, Kecamatan Sipirok,  pada tahun 1999. Di tempat tinggal mereka, para pengungsi membudidayakan kopi varietas Arabika yang bibitnya dibawa dari Aceh. Varietas kopi arabika itu disebut sebagai Kopi Ateng. Kata Ateng akronim dari nama daerah, Aceh Tengah. Hasil kebun mereka berlimpah, budidaya kopi itu berjalan sukses. 

Para pengungsi asal Aceh menjadi buah-bibir masyarakat Kecamatan Sipirok. Beberapa di antara masyarakat sengaja datang untuk belajar budidaya kopi Ateng sekaligus membeli bibit kopi tersebut. Ternyata, hasil budidaya yang dilakukan masyarakat berkembang pesat hanya dalam hitungan beberapa tahun. Para petani mulai memetik hasil, dan produksi biji kopi arabika mulai berlimpah.

"Awalnya para petani mengira kopi Ateng itu untuk bahan baku mesiu. Saya memperkenalkan jenis minuman kopi dari kopi Ateng itu," katanya.

Meskipun Sholi Pohan sudah menduga akan kesulitan mengubah kebiasaan minum kopi masyarakat, tapi dia tetap mengupayakan agar citra minuman kopi varietas arabika bisa meningkat. Upaya itu gayung bersambut dengan panitia kegiatan Festival Minum Kopi yang digelar masyarakat perantau asal Sipirok pada tahun 2014. 

Saat itu, seorang pengusaha kopi di Jakarta, pulang kampung dan mengajak masyarakat menggelar Festival Minum Kopi untuk merayakan Hari Lebaran bersama. Sholi Pohan dan sejumlah pengusaha kopi bubuk lokal ikut dalam kepanitian. Sholi Pohan  menawarkan kegiatan berupa pelatihan bagi petani kopi arabika. 

Budi Hutasuhut, salah seorang panitia Festival Minum Kopi Sipirok 2014, menyambut usulan itu dengan harapan banyak petani kopi yang bisa ikut. Dan, benar, petani kopi dari berbagai daerah berdatangan, mendaftar untuk ikut pelatihan di mana Sholi Pohan menjadi salah seorang trainer. 

Festival Minum Kopi itu dikemas sebagai kegiatan yang dinilai Museum Rekor Indonesia (MURI).  Ini puncak kegiatan dari beberapa kegiatan produktif yang dikemas dalam rangka mensosialisasikan budidaya kopi arabika. Kepada para petani kopi diperkenalkan bisnis kopi arabiuka dari hulu sampai hilir. Mulai dari usaha pembibitan, budidaya, sampai pengolahan hasil budidaya. Diakhir dengan kegiatan minum kopi bersama seluruh lapisan masyarakat di Kecamatan Sipirok.

Ribuan masyarakat Kecamatan Sipirok tercatat dalam MURI ikut terlibat dalam festival menimun kopi yang berasal dari varietas arabika. Ternyata, masyarakat bisa menikmati kopi varietas arabika itu. Sejak itu, perlahan-lahan minuman kopi arabika mulai dikenal dan bisa dinikmati masyarakat. 

Dampak dari Festival Minum Kopi, usaha yang digeluti Sholi Pohan mulai menunjukkan geliat pertumbuhan yang baik, apalagi cafe-cafe baru mulai bermunculan di Kecamatan Sipirok. Cafe-cafe menjadi sektor usaha baru yang dikelola generasi muda itu menawarkan minuman kopi varietas Arabika. Selain itu, masyarakat semakin bersemangat membudidayakan kopi arabika membuat usaha pembibitan kopi bermunculan di Kecamatan Sipirok. 

Owner UD AKS, Sholi Pohan, pelaku UMKM yang merupakan binaan Rumah BUMN Padang Sidempuan, sedang menawarkan produk UMKM di Rumah BUMN Padang Sidimpuan. 

Bagian dari Rumah BUMN

Setelah kopi arabika menjadi fenomena baru bagi petani kopi di Sipirok, ditandai semakin banyak lahan budidaya kopi arabika yang baru dibuka, Sholih Pohan memfokuskan usaha UD AKS di Kota Padang Sidimpuan. Sejak itu mulai muncul produksi bubuk kopi dan roasting kopi merek AKS, yang awalnya sering ditampilkan di arena-arena pameran pembangunan yang digelar pemerintah daerah. 

"Hasil panen petani kopi harus ditampung. Kami menampungnya dan menjual kembali dalam bentuk produk siap olah seperti greend bean dan  roasting biji kopi untuk pelangan di berbagai daerah, terutama para pengusaha cafe," kata Sholi Pohan. 

Memiliki pelanggan yang mengharapkan kiriman greend bean atau roasting kopi tiap bulan, memaksa Sholih Pohan untuk terus berkomunikasi dengan petani kopi arabika di Sipirok. Hasil panen para petani ditampung, kemudian diolah kembali. Begitu terus-menerus hingga usaha budidaya kopi arabika memberi alternatif sumber pendapatan baru bagi petani dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka. 

Perkembangan usaha UD AKS ini ternyata diikuti dengan lahirnya jenis usaha serupa di Sipirok. Semakin banyak pelaku UMKM yang mengandalkan kopi arabika hasil budidaya petani Sipirok yang membuka usaha roasting kopi maupun yang memproduksi bubuk kopi untuk konsumsi seperti Tabo Coffee, Ondocoffee, Kopi Raja, Kopi Kincir, dan banyak lagi. 

Kebutuhan kopi dari pelaku UMKM yang baru muncul berasal dari hasil budidaya petani kopi. Akibatnya, hasil budidaya yang ada menjadi berkurang, terutama karena petani kopi lebih memilih menjual koipi kepada pedagang pengumpul yang merupakan agen dari para pengusaha ekspor kopi di Medan. 

"Kopi arabika Sipirok yang merupakan varietas Sigararutang, diekspor pengusaha setelah dicampur dengan produk kopi varietas serupa dari daerah lain. Kopi Sipirok belum mencukupi untuk ekspor, karena produktivitasnya masih rendah sementara kuota ekspor sangat tinggi," kata Sholi Pohan.

Sejak itu Sholih Pohan tak lagi berpikir untuk mengekspor kopi arabika Sipirok, tapi memikirkan solusi lain untuk pengembangan usaha UD AKS dengan memproduksi kopi untuk segmentasi pasar dalam negeri. Sekali-sekali Sholi Pohan mengirim produk UD AKS ke luar negeri, ke beberapa kenalan yang ingin menikmati kopi varietas arabika dari Sipirok. 

"Saya beruntung bermitra dengan PLN dan mendapat kepercayaan mengelola Rumah BUMN," kata Sholi Pohan.

Nanang, pimpinan MJ Coffee, salah satu pelaku UMKM yang juga binaan Rumah BUMN Padang Sidimpuan lewat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT PLN (Persero). 


Bersama Rumah BUMN, dia telah membawa dan memperkenalkan produk kopi arabila Sipirok ke berbagai daerah dan negara. Misalnya, saar berpameran di Trade Mission Singapore yang digelar di Westt Malll Singapore tahun 2023 ini. 

Di ajang pameran itu, varian kopi yang laris manis terjual seperti jenis kemasan ecotica dihargai 6 dollar Singapore setara Rp69 ribu per 100 gram. Selain itu, varian kopi luwak, peabearry, specialty, dan gula semut aren yang harganya ada mencapai 60 dollar Singapore per 250 gram.

AKS berkolabirasi dengan Kadin Indonesia, dan Rumah BUMN mengikuti pameran Trade Mission Singapore 2023 sejak 3 hingga 9 April 2023. Di acara itu, ada sekitar 28 binaan 11 Perusahaan BUMN di Indonesia, antara lain PLN (Persero) yang menampilkan berbagai macam produk UMKM pilihan Kementerian BUMN ditawarkan kepada masyarakat di Singapore.

Sholi Pohan mengaku, dia mengikuti pameran itu untuk pengembangan kapasitas dan akses ke pasar global bagi UMKM Indonesia. Nantinya, Kadin Indonesia akan menindaklanjuti hasil pameran dengan membuat trading house untuk melakukan ekspor secara regular.

“Sudah saatnya pelaku UMKM mampu bersaing dalam pasar global. Dinamika bisnis global harus bisa diikuti pelaku UMKM,” ujarnya.

Selain bazzar expo, selama kegiatan di Singapore melibatkan pelaku UMKM dalam pelatihan peningkatan kapasitas intensif untuk ekspansi pasar global, serta Focus Group Discussion (FGD) dengan EnterpriseSG yang dihadiri Duta Besar RI untuk Singapore Pak Suryo Pratomo.

"Saya berharap pelaku UMKM bisa berkembang pesat. Semua ini kami peroleh berkat PLN Peduli yang berperan mendukung pengembangan UMKM. Semoga makin banyak pelaku UMKM yang berkembang," katanya.



Tidak ada komentar

Beranda