.

Batu Jomba, Pertarungan Hidup Mati Para Sopir


TERGULING. Truk engkel bermuatan telur, terguling di tanjakan ekstrem Batu Jomba.

Jurnalis: Budi P Hutasuhut | Editor: Hady K Harahap

Batu Jomba, tanjakan ekstrem di kawasan Desa Bulu Payung, Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, masih jadi mimpi buruk bagi para sopir truk pengangkut barang. Ruas jalan sepanjang 50 meter itu tak kunjung diperbaiki dari tahun ke tahun, hanya ditimbun dengan batu split dan batu koral tanpa aspal.

Mahmud (43) meraung-raung sambil memegangi kepalanya. Beberapa menit sebelumnya, dia menginjak gas truk engkel yang dikendarainya, semakin dalam dia menekan pedal gas ketika tiba di tanjakan ekstrem Batu Jomba.  Tepat di ujung tanjakan, di bagian jalan yang dipenuhi batu split dan koral, ban depan truk itu mengangkat nyaris setengah meter. 

Saat dua roda depan itu terbanting ke jalan, terdengar bunyi keretak yang menandakan as roda patah. Dia gugup, truk meluncur mundur. Dia tak mampu mengendalikan kemudi, truk yang membawa ratusan ton telur ayam itu pun terbalik.

Orang-orang yang berkerumun di kawasan itu,  segera memberi pertolongan. Bergegas mereka memaksa membukakan pintu truk, mengeluarkan sopir dan keneknya. Mahmud dan keneknya selamat.  

Begitu turun, Mahmud tak percaya dengan pemandangan di hadapannya. Telur-telur berserakan di jalan. "Mate ma au (matilah aku)!" teriaknya, sambil menceritakan kalau dia hanya seorang sopir yang menyewa truk milik orang lain untuk dipakai mengirimkan telur. Si pemilik truk, kata dia, tidak mau tahu soal apa yang dibawa dan hanya perduli pada ongkos sewa truk. 

"Kalau sudah begini, aku harus ganti rugi telur sekaligus memperbaiki kerusakan truk," katanya.

Mahmud bukan satu-satunya sopir truk yang dihancurkan tanjakan ekstrem Batu Jomba.  Hampir tiap hari, ada saja sopir truk yang kurang beruntung melewati tanjakan ekstrem Batu Jomba.  Para sopir truk ini terpaksa mengeluarkan biaya untuk mengganti barang-barang yang dibawa akibat truk yang dikjendarainya terguling. 

"Mau untung malah buntung," gerutu Ahmad Alwi (34), sopir truk Colt Diesel Double yang mengalami patah as dan nyaris masuk ke dalam jurang. Laki-laki asal Jakarta ini mengaku membawa barang pecah-belah dari sebuah gudang di Belawan atas permintaan seorang pengusaha di Jakarta. Sebagian dari barang-barang itu sudah hancur, mengalami benturan saat truk meluncur mundur dengan deras dan akhirnya menabrak gundukan tanah di pinggir jurang.

Ahmad Alwi mengaku, sejak awal dia sudah tak yakin akan sanggup melewati jalur ekstrem Batu Jomba, tetapi dia tidak punya pilihan.  Ketika dia mencobanya,  dugaannya tidak salah. Truk Colt Diewsel Double yang masih baru itu,  salah memiloih jalur akibat batu split dan koral di permukaan jalan membuat jalur roda jadi melenceng. 

"Bukan perkara kendaraan yang dibawa sudah tua sehingga tidak lagi bertenaga saat menanjak," kata Yusuf (51), warga setempat. "Truk-truk yang masih baru pun acap terguling di sini."

Kondisi tanjakan ekstrem Batu Jomba yang tak kunjung diperbaiki menjadi kawasan yang rawan terjadi kecelakaan. Akibatnya, masyarakat yang tinggal di sekitar jalur itu, bagai dibebani rasa tanggung jawab untuk terus mengawasi jalur lalu-lintas tersebut. Masyarakat mengaku jatuh kasihan kepada para sopir yang tak sanggup melewati jalur dan butuh bantuan.

"Warga kami sering harus turun tangan membantu sopir-sopir agar kendaraan mereka tidak terguling," kata Marjuki, warga setempat, yang selalu bergegas membantu mengganjal setiap truk yang tak sanggup menanjak. 

Untuk bantuan itu, warga tidak pernah menuntut tarif. Tapi, keberadaan mereka di sekitar jalur ekstrem sering disalahartikan orang-orang, seakan-akan keberadaan mereka hanya untuk memanfaatkan kegagalan para sopir.   

"Saya bersyukur karena dibantu warga," kata Johan, sopir truk box yang tak sanggup menanjak, dan baru bergerak setelah warga beramai-ramai mendorongnya. "Saya mungkin akan terguling kalau tak dibantu."



Tidak ada komentar

Beranda