Berwisata Memetik Jeruk di Pargarutan

Penulis: Rasoky Siagian | Jurnalis di Sinar Tabagsel

Ratu, pengunjung dari Batunadua, Padang Sidimpuan, sedang memilih jeruk dari batangnya.
(SINAR TABAGSEL| RASOKY SIAGIAN

Berwisata menikmati keindahan alam sambil memetik buah-buahan segar dari pohonnya, tak perlu lagi harus pergi mengunjungi kota-kota lain yang menawarkan pesona agrowisata. Kini Anda bisa ke Desa Pargarutan Jae, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan, menikmati segarnya buah jeruk langsung dari batangnya. 


Sebanyak 100 batang pohon jeruk yang tumbuh di atas sehektare lahan, membentuk kawasan kebun jeruk yang rata-rata tinggi pohonnya hanya dua meter sehingga Anda tidak perlu memanjat untuk memetik buahnya. Tiap-tiap pohon berbuah lebat  menyebabkan dahan dan ranting pohon melengkung, sehingga Anda bisa memetik sambil tiduran.
 
"Hari Libur, tempat ini padat. Pengunjung datang dari mana-mana," kata  Ibu Boru Regar, pengelola kebun jeruk. 

Dia mengatakan, pada hari libur para pengunjung akan dibatasi karena orang-orang yang datang sering sembarangan menmetik buah yang menyebabkan dahan dan ranting jeruk jadi patah. Tidak jarang buah yang belum matang diambil dan akhirnya terbuang. 

"Kami memaklumi karena para pengunjung belum paham memperlakukan pohon jeruk, tapi kami akan bantu mengajari mereka cara memanen jeruk," katanya.
 
Menurut dia, perlakuan terhadap pohon jeruk yang sedang berbuah harus ekstra hati-hati karena sensitif. Saat memanen, buah dipetik dengan cara memutarnya. "Tidak boleh mengelupas karena sisa kulit yang ada pada tampuk akan menyebabkan penyakit pada batang jeruk," katanya.

Setiap pengunjung yang datang boleh menikmati jeruk dari batangnya. sambil terus memetik. "Berapa banyak yang dipetik, nanti akan kita timbang. Harganya Rp20.000 per kilogram," katanya.



Sudah Empat Tahun

Kebun jeruk itu sudah berusia empat tahun. Tiap tahun, hasil panen sudah mencapai satu ton lebih. Semua dijual dengan cara ditawarkan dengan konsep wisata agro memetik jeruk. "Kita juga menjual ke pasar, tapi harganya selalu lebih rendah," katanya.

Dia mengatakan, para pedagang pengumpul memberi harga Rp5.000 per kilogram padahal harga jeruk di pasar bisa mencapai Rp25.000 per kilogram.  "Kita tak mungkin menjual secara eceran karena waktu kami habis untuk menjaga kebun," katanya.

Menurut dia, perawatan kebun jeruk sangat sulit dan memerlukan perlakuan khusus. Tiap pohon jeruk harus diperhatikan karakteristiknya seperti jumlah buahnya harus dikurangi dan disesuaikan dengan usianya. Kalau tidak, buah jeruk bisa gugur sebelum dipanen akibat serapan nutrisi tidak terpenuhi untuk membesarkan buah. 

"Hari ini kami bisa memanen empat ton jeruk. Kami menjualnya dengan cara membuka wisata agro bagi masyarakat yang ingin mendapatkan sensasi menjadi petani jeruk," katanya. 



 


alt gambar
Copyright © Sinar Tabagsel. Designed by OddThemes