Penulsi: Efry Nasaktion | Editor: Budi Hutasuhut
JEMBATAN DARUTAT. Jembatan darurat di jalur Pardomuan-Mosa dilewati truk kayu gelondangan, truk kelapa dawit, dan bus sarana transportasi umum. (Foto: Budi Hutasuhut) |
Satu dari 151 ruas jalan yang diperbaiki di masa awal kepemimpinan Bupat Tanuli Selatan, Dolly Pasaribu, mengalami kerusakan sepanjang 15 meter setelah dihantam banjir bandang yang terjadi pada akhir Desember 2021 lalu. Jalan di Kecamatan Angkola Selatan, yang menghubungkan Kelurahan Pardomuan (Simpang Garonggang) dengan Dusun Mosa, Desa Gunungbaringin, itu dibangun dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik 2020 senilai Rp1.106.926.920.
Banjir bandang yang menghantam sejumlah titik di Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten Tapanuli Selatan, pada 18 Desember 2021 lalu, menghanyutkan sejumlah rumah di beberapa lingkungan di Kelurahan Pardomuan. Banjir bandang diduga akibat erosi lantaran defortrasi Kawasan Hutan Lindung Angkola di Tapanuli Selatan, yang merupakan sumber mata air dari sejumlah sungai kecil yang menyatu ke Sungai Pardomuan.
Dampak erosi tanah akibat deforestrasi di Kawasan Lindung Angkola ternyata menyebabkan banjir bandang serupa akibat sungai kecil yang bermuara ke Aek Mosa meluap. Namun, aliran air sungai kecil tersebut terlanjur ditutup karena pembangunan jalan raya yang menghubungkan Kelurahan Pardomuan-Mosa. Air bandang yang meluap akhirnya menghantam badan jalan dan menghanyutkannya. Ruas jalan sepanjang 20 m terputus yang membuat masyarakat di Desa Gununbaringin, Kecamatan Angkola Selatan, terisi.
Baca Berita Lain: Aek Pardomuan Meluap, Jalan Putus di Angkola Selatan
"Dulu di sini ada jembatan, tapi ditimbun dengan tanah saat pembangunan jalan ini pada 2021 lalu," kata Ahmad, warga Garonggang, Kelurahan Pardomuan. Dia petani sawit pemilik 2 hektare kebun sawit di Dusun Mosa, dan tiap hari pulang-pergi Kelurahan Pardomuan-Musa.
Akibat putusnya jalan Kelurahan Pardomuan-Dusun Mosa itu, masyarakat yang tinggal di Desa Gunungbaringin Sangat dirugikan. Selama dua pekan, petani sawit Desa Gunungbaringin yang merupakan penghasil kelapa sawit itu, kesulitan menjual hasil panennya.
"Kami sudah mencoba bergotong royong memperbaiki jalan putus," kata Bahrum, warga Dusun Mosa, Desa Gunungbaringin. "Kami hanya bisa menaruh kayu untuk jembatan."
Pada Minggu, 9 Januari 2022, kondisi jalan Pardomuan-Mosa, tepatnya di titik sekitar dua kilometer dari Garonggangtus sudah bisa dilintasi kendaraan setelah masyarakat setempat bergotong royong memperbaikinya. Namun, bagian jalan yang putus dan membentuk cerukan sedalam 5-10 meter diubah masyarakat menjadi jembatan meskipun sebelumnya berbentuk badan jalan. Konstruksi jembatan sangat sederhana, tanpa tiang penyangga. Hanya berupa tumpukan lima batang kayu berdiameter 30 cm, ditaruh melintang di tanah, kemudian ditutup dengan pasir.
Konstruksi jembatan sederhana ini sangat rawan rubuh, karena tingkat mobilitas kendaraan yang melintasi jalur Pardomuan-Mosa sangat tinggi. Di jalur jalan Pardoan-Mosa ini merupakan jalur lintasan sarana transportasi berupa bus dengan tratek Padangsidimpuan-Gunungbaringin. Dalam satu hari, ada tiga unit bus sarana transportasi yang melintasi jalur ini dan membawa penumpang hingga ke bagian atap kendaraan.
Selain sarana transportasi umum, jalur ini juga dilintasi truk pengangkut hasil panen sawit milik pengusaha pengumpul hasil panen. Truk pick up Cplt Diesel engkel dengan ukuran panjang 450 cm, lebar 200 cm dan berat dalam keadaan kosong 2,5 ton serta saat bermuatan bisa mencapai 5 ton, selalu keluar masuk Desa Gunungbaringin mengangkut kelapa sawit. Belum lagi truk pengangkut kayu gelondongan berkapasitas 8 ton sam[pai 10 ton yang rutin keluar masuk melintasi jalur Pardomuan-Gngbaringin.
TRUK SAWIT. Pedagang pengumpul sawit rutin keluar masuk Desa Gunungbaringin untuk membeli sawit petani. |
Masyarakat Desa Gunungbaringin yang telah bergg royong membangun jembatan darurat mengaku, sejak pertama kali mereka brng royong membangun jembatan agar jalur tidak terputus, kondisinya mengalami penurunan. Mereka menduga, jembatan sederhana itu tidak akan bertahan lama karena kontur tanah terus menurun.
"Selama Januari 2022 ini saja kondisi jembatan semakin turun dan sudah banyak kayu yang lapuk," kata Rustam. "Kami khawatir jembatan ini malah akan membawa malapetaka kepada masyarakat."
Jalan Pardomuan-Mosa menghubungkan tujuh dusun yang ada di Desa Gunungbaringin dengan dunia luar. Sejumlah dusun di Desa Gunungbaringin seperti Dusun Mosa, Dusun Palang, dan lain sebagainya. Jika jembatan yang dibangun secara gotong royong oleh masyarakat ini putus kembali, maka sebanyak lebih 2.000 jiwa penduduk di tujuh dusun itu akan terisolir.
Menurut data di Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, jalan lintas Pardomuan-Dusun Mosa merupakan salah satu dari 151 proyek di lingkungan PU PRD Tapanuli Selatan yang dibangun di masa awal pemerintah Bupati Dolly Pasaribu yang menghabiskan anggaran Rp167.5 miliar.
Dampak Refokusing Anggaran, Aliran Sungai Ditutup
Sebanyak 151 proyek pekerjaan infrastruktur itu terletak di 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan. Proyek-proyek itu pembangunan jalan memakai dana DAK khusus 2020. Namun, khusus untuk proyek jalan Pardomuan-Mosa yang awalnya dialokasikan sebesar Rp3 miliar untuk Proyek Peningkatan Jembatan dan Jalan Pardomuan-Mosa, justru terkena refokusing anggaran yang merupakan kebijakan pemerintah pusat menghadapi pandemi Copvid-19.
Di Kecamatan Angkola Selatan, sebanyak sembilan ruas jalan dibangun dengan anggaran DAK Fisik 2020 seperti Jalan Janji Matogu dengan pagu Rp1.004.664.600 dan lanjutan Jalan Bina Sari Rp1.450.340.430. Kemudian pembangunan jembatan penghubung di Desa Siopat opat, Kelurahan Tapian Nauli. Sisa lainya terkena refokusing anggaran sebesar Rp13.491.936.979, sehingga dilakukan pengurangan anggaran untuk proyek jalan Jurusan Simarpinggan-Suka Rame dengan pagu Rp1.999.609.920 dan peningkatan jalan Pardomuan-Mosa Rp1.106.926.920.
Jalan Pardomuan-Mosa yang semula Rp3 miliar, setelah refokusing menjadi Rp1.106.926.920. Pembangunan jalan teap dilaksanakan Pemda Tapsel namun dengan menghapus pembiayaan untuk pembangunan jembatan. Beberapa titik di jalur Pardomuan-Mosa yang seharusnya dibangun jembatan, akhirnya dibiarkan. Bahkan, dua titik yang merupakan daerah aliran sungai, ditimbun. Salah satu bekas daerah aliran sungai yang ditimbun akhirnya hanyut ketika musim penghujan.*
Posting Komentar