Selamat Hari Pers Nasional

Pada setiap 9 Feberuari, para pengampu profesi wartawan yang bergabung dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), akan memperingati Hari Pers Nasional (HPN) dengan berbagai kegiatan yang digelar secara akbar dan melibatkan wartawan anggota PWI di seluruh Indonesia. Perhelatan besar-besaran itu untuk merenungkan banyak hal terkait masa depan pers nasional.



Para juru warta di Indonesia memiliki banyak organisasi profesi. Tak hanya PWI, masih ada Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan lain sebagainya. Setiap organisasi profesi memiliki visi dan misi berbeda, meskipun subtansinya tetap mengupayakan meningkatkan profesionalisme kerja para juru warta. 

Namun, masa depan pers nasional tampaknya makin menjauh dari apa yang pernah dirumuskan para pendahulu, atau sebagaimana keberadaan pers seharusnya. Pasalnya, masih banyak para pekerja pers yang tidak paham profesionalisme dan menjadikan profesionya sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan privat seperti jadi pengusaha kontraktor.

Para pekerja pers merangkap sebagai pengusaha kontraktor? 

Ya, itulah fakta yang terjadi, terutama di lingkungan pers daerah.  Mereka membela diri atas "pengkhianatan" profesi itu karena pers butuh modal besar agar bisa hidup. Padahal, banyak masyarakat yang bisa hidup tanpa harus menjadi pekerja pers. Kenapa tidak memilih profesi lain saja, atau putuskan tetap menjadi pengusaha kontraktor tanpa harus merangkap menjadi pekerja pers (wartawan).

"Pengkhianatan" terhadap profesi jurnalis berdampak serius terhadap dinamika pers nasional. Peran dan fungsi pers nsional tidak berjalan, karena para pekerja pers "berwajah dua". Mereka tidak bisa memberi kontrol pada ketimpangan demi ketimpangan yang terjadi di lingkungannya, apalagi bila ketimpangan itu berkaitan dengan hasil kerja pemerintah daerah. Keberpihakan pers bukan lagi pada kebenaran, tetapi kepada kepentingan privatnya; kepada siapa saja yang memberinya keuntungan privat.

Pers nasional kita, dalam banyak hal, telah bergerak   menuju kehancurannya. Publik pembaca kehilangan kepercayaan kepada pers. Publik membaca pers jika berkaitan dengan sensasi-sensasi yang penting dalam percakapan dan pergaulan sehari-hari, meskipun tidak meningkatkan kecerdasan dan menguatkan pengetahuan. Pers nasional punya andil menciptakan masyarakat sensasional, yang memberi tempat bagi beredarnya hoaks dan berita-berita sensasi lainnya.

Sebab itu, memperingati Hari Pers Nasional tahun 2021 ini, kita layak memberikan karangan bunga dengan tulisan turut berduka cita atas matinya pers pembangunan yang memperjuangkan kepentingan masyarakat. 
alt gambar
Copyright © Sinar Tabagsel. Designed by OddThemes