Wabah Covid 19 Membingungkan Masyarakat Sidimpuan


Dia jadi "terpidana" menderita virus corona (Covid-19) setelah divonis oleh Ketua Gugus Tugas Penanganan dan Pengendalian Covid-19 yang juga Wali Kota Padang Sidempuan, Irsan Efendy Nasution. Kematiannya menjadi buah bibir, seluruh anggota keluarganya dijauhi, padahal belum pernah ada keputusan apapun dari paramedis tentang penyebab kematiannya.

Seorang wanita yang sedang hamil, Erni Dalimunte, warga Kota Padang Sidempuan, Provinsi Sumatra Utara, pulang dari Jakarta akhir Maret 2020 lalu. Dia seorang pengusaha sukses yang menekuni bisnis mode dan fasyen, pemilik toko Aqila Kosmetik, Shiva Kosmetik, dan Shiva Fasyen.

Ketiga toko itu berdiri di pusat-pusat perbelanjaan di Kota Padang Sidempuan. Tiap hari buka, melayani pembeli yang datang dari berbagai kota di wilayah regional Tapanuli bagian Selatan. "Dia pengusaha yang tekun, gigih, dan ramah," kata Karlina, seorang pengusaha make up dan rias pengantin di Sipirok, yang selalu memberi alat-alat make up di toko Aqila Kosmetik.

Erni Dalimunte acap ke Jakarta atau ke kota-kota lain untuk mengikuti perkembangan industri mode dan fasyen. Tidak jarang dia ke luar negeri, berbelanja kebutuhan dagangan untuk toko-toko yang dikelolanya. Kebiasaan bepergian itu rutin dilakukannya, dan dia keluarganya mendukung usahanya 100%.

Ketika wabah virus corona (Covid-19) menyerang berbagai belahan Bumi pada Januari 2020, pemerintah di Negara Kesatuabn Republik Indonesia (NKRI) tampak tenang-tenang saja. Tentu saja masyarakat tenang dan sama-sekali tidak tahu ada wabah pandemi Covid-19 sedang mengancam kehidupan manusia.

Erni Dalimunteh juga tenang sebagaimana warga Kota Padang Sidempuan lainnya, meskipun tetap mengikuti perkembangan informasi tentang penyebaran Corona melalui media sosial dan televisi. Lantaran tak mencurigai apapun, pertengahan Maret 2020 dia berangkat ke Jakarta untuk berbelanja.

Di akun media sosialnya, Erni Aqila--Aqila adalah nama salah seorang anaknya--lewat fasilitas layanan video siaran langsung, dia menginformasikan aktivitas berbelanjanya untuk memberitahu para pelanggan bahwa dia sedang mencari mode pakaian terbaru. Video siaran langsung itu dikomentari banyak teman media sosialnya, termasuk para karyawan yang bekerja di sejumlah toko miliknya.

"Dia selalu mengunggah vedio siaran langsung di mana pun dia berada," kata salah seorang rekannya, sesama pedagang yang memiliki toko di Pasar Sagumpal Bonang. "Dia seorang yang ramah."

Sepulang dari Jakarta, tepat di akhir bulan Maret 2020, situasi nasional akibat pandemi Covid-19 sudah berubah. Pemerintah menyatakan status darurat Covid-19 setelah dua warga Kota Depok ditemukan positif menderita Covid-19 dan mendapat perawatan intensif.

Sejak itu, berturut-turun korban Covid-19 berjatuhan, dan pemerintah mulai panik. Pemda Kota Padang Sidempuan juga panik, apalagi setelah Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjuk Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Padang Sidempuan sebagai rumah sakit rujukan penderita Covid-19.

Gugus Tugas Pengendalian Covid-19 Kota Padang Sidempuan pun dibentuk, diketuai Wali Kota Padang Sidempuan, Irsan Efendy Nasution, dengan anggota dari berbagai elemen di lingkungan organisasi pemerintah daerah (OPD) dan dibantu anggota Forum Komunikasi Pemerintah Daerah (Forkopinda).

Ketua Gugus Tugas kemudian menerapkan protokol kesehatan yang ketat, melakukan pembatasan keluar rumah bagi masyarakat. Selain itu, warga yang bepergiaan dikontrol, dan yang pulang dari bepergian wajib diperiksa.

Tim yang baru terbentuk ini juga fokus mengurusi pembangunan fasilitas RSUD Padang Sidempuan untuk dipersiapkan sebagai rumah sakit rujukan Covid-19. Setelah itu, Forkopinda Kota Padang Sidempuan membentuk tim sosialisasi bahaya Covid-19, melakukan penyemprotan di mana-mana.

Erni Dalimunte sadar dirinya baru pulang dari Jakarta, langsung mengecek kondisi kesehatannya. Dokter Nina dari RSUD Padang Sidempuan, mengungkapkan Erni Dalimunte  datang ke rumah sakit pada 28 Maret 2020 dengan keluhan demam tinggi, dan diketahui baru menjalani perjalanan dari Jakarta pertengahan Maret lalu.
"Keluhannya demam tanpa batuk, tanpa pilek dan tanpa sesak," kata dr. Nina saat jumpa pers untuk menjelaskan riwayat perawatan Erni Dalimunte oleh RSUD Padang Sidempuan.

Melihat gejala itu, Erni Dalimunte ditetapkan sebagai Orang Dalam Pantauan (ODP) dan kemudian diputuskan untuk dilakukan rontgen. "Hasilnya, pneumonia atau ada infeksi pada paru," tuturnya.

dr. Nina kemudian menganjurkan agar Erni Dalimunte melakukan isolasi mandiri di rumahnya sesuai protokol kesehatan selama 14 hari. Pihak keluarganya mendorong Erni Dalimunte untuk mengisolasi diri sambil istirahat karena kelelahan setelah perjalanan jauh.

Selama proses isolasi, Erni Dalimunte acap melakukan siaran langsung lewat akun Facebooknya, Erni Aqila. Isinya perihal pekerjaan, dan mengomentari dampak Covid-19 terhadap masyarakat dalam kapasitas sebagai pengusaha.

dr. Nina menjelaskan, pada 30 Maret 2020, pasien datang lagi untuk dilakukan rontgen yang kedua kalinya dengan keluhan tetap hanya demam, tanpa sesak. Dari pemeriksaan diketahui terdapat pemburukan pneumonia dibandingkan dengan hasil rontgen pertama kalinya.

"Di sini pasien sudah kita anjurkan untuk dirujuk ke Medan karena statusnya sudah dinaikkan menjadi Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Akan tetapi pasien dan keluarga belum bersedia untuk dirujuk, sehingga diputuskan untuk melanjutkan isolasi di rumah," ujarnya.

Pada 31 Maret 2020, kata dr Nina, pasien masih berhubungan dengan tim medis dan mengeluhkan sesak, dan kembali dianjurkan untuk dirujuk ke Medan. Pihak keluarga mengaku, Erni menderita sesak nafas. Riwayat medisnya menunjukkan, gejala penyakit itu ditandai dengan kekurangan oksigen dan suhu badan tinggi.

Gejala seperti ini konon mirip gejala orang yang diserang Covid-19. Dan pada Kamis, 2 April 2020, Erni Dalimunte kembali mengeluh makin sesak. "Kami memutuskan ruang isolasi darurat di RSUD Kota Padang Sidempuan. Malam itu juga, sekitar pukul 22.00 WIB, petugas menjemput ke rumahnya menggunakan ambulans, dan langsung dirawat di ruang isolasi," kata dr. Nina.

Pada Jumat, 3 April 2020, Gugus Tugas Pengendalian Penyebaran Covid-19 Kota Padang Sidempuan mendiagnosa Erni Dalimunte terkena Covid-19, dan menetapkan statusnya sebagai pasien dalam pengawasan (PDP). Wali Kota Irsan Efendy Nasution menyatakan, Erni Dalimunte sebagai pasien PDP pertama (PDP 01) yang mesti diisolasi di RSUD Padang Sidempuan.

RSU Padang Sidempuan ditetapkan Menteri Kesehatan sebagai salah satu Rumah Sakit Covid-19, dan Pemda Kota Padang Sidempuan langsung membenahi beberapa ruangan dengan mengubahnya menjadi ruang isolasi perawatan pasien Covid-19. Pihak RSU Padang Sidempuan bekerja cepat dan gesit, dan Wali Kota Padang Sidempuan, Irsan Efendy Nasution, langsung mengumumkan bahwa RSU Padang Sidempuan siap menjadi rumah sakit rujukan pasien Covid-19.

Vonis sebagai pasien PDP Covid-19 mengubah jalan hidup Erni Dalimunte. Dia langsung diisolasi di ruang isolasi RSUD Padang Sidempuan yang tertutup dengan fasilitas alakadar. Tidak boleh kontak fisik dengan siapa pun, dikucilkan, dan tidak ada petugas medis yang menemani. Secara psikologis dia tertekan.

Begitu Erni diisolasi dalam fasilitas RSU Padang  Sidempuan, pasien PDP ini "bernyanyi" di media sosial. Di Facebook dia mengeluh jika RSUD Padang Sidempuan tak layak dan minta dirujuk ke Medan. "Untuk Bapak Wali Kota Kota Padang Sidempuan tercinta, Bapak Irsan, tolong lah Pak kasih saya kesempatan. Saya dirujuk ke Medan, di rumah sakit yang lebih layak lagi, daripada Rumah Sakit Umum Kota Padang Sidempuan ini. Kasihan kandungan saya, fasilitas di sini juga kurang memadai. Tulis pasien tersebut di akun Facebook, Jumat (3/4/2020).

Tak lama setelah menulis status, pasien "live" Facebook dengan durasi 1 menit 41 detik dan mengeluhkan pelayanan rumah sakit. Dia juga bercerita minuman baru datang 2 jam setelah dia meminta. "Ini bagaimana mau makan, nasinya keras. Orang yang sehat saja tidak bisa makan ini, apalagi yang sakit seperti saya," katanya  sambil menunjukkan makanan.

Dalam siaran langsung tersebut, dia terus mengeluhkan nafasnya sesak dan minta pertolongan. "Ya Allah...Tuhan...sesak...tolong..." ujar pasien tersebut di akhir siaran langsung Facebook. Unggahan tersebut sudah dikomentari dan dibagikan ratusan netizen.

Dalam waktu singkat, siaran langsung itu viral di media sosial, membuat publik mempertanyakan betapa menyedihkan cara petugas medis dalam menangani pasien DPD Covid-19. Gestur Erni dalam siara langsung menunjukkan, bahwa dia semakin menderita sejak diisolasi, dan dia meminta kepada Wali Kota Padang Sidempuan agar segera dirujuk ke rumah sakit yang lebih layak di Kota Medan. 

Jumat, 3 April 2020, malam, keluarga Erni merasa terpukul mendengar keluhan pasien DPD tersebut dan mendesak Ketua Gugus Tugas Pengendalian Penyebaran Covid 19 Kota Padang Sidempuan, Irsan Efendy Nasution. Saat itu juga, pasien PDP dirujuk ke Rumah Sakit Umum Khusus (RSUK) Adam Malik di Kota Medan, dibawa dengan ambulance milik RSU Padang Sidempuan.

"Kami merujuk ke Adam Malik atas permintaan pasien," kata Wali Kota Irsan Efendy Nasution.

Di tengah perjalanan, Sabtu, 4 April 2020, pasien DPD dinyatakan meninggal dunia. Pasien PDP itu mengembuskan nafas terakhir saat ambulans yang membawanya masih berada di Kota Tebing Tinggi pada Sabtu, 4 April 2020 sekitar pukul 06.00 WIB hingga ke pukul 07.00 WIB, setelah diberangkatkan dari RSUD Padang Sidempuan pada Jumat, 3 April 2020 sekitar pukul 23.42 WIB.

Sabtu, 4 April 2020, pagi, kematian pasien PDP menjadi buah bibir masyarakat Kota Padang Sidempuan. Sejumlah media lokal dan nasional memberitakan, pasien PDP meninggal dunia dalam perjalanan dari Padang Sidempuan ke Kota Medan. Simpang-siur terjadi di masyarakat, situasi dicekam rasa khawatir.

Reaksi masyarakat atas kematian pasien PDP itu berbuntut pada penolakan warga Kota Padang Sidempuan di berbagai daerah di luar Kota Padang Sidempuan. Situasi semakin mencekam karena Gugus Tugas Pengendalian dan Pencegahan Covid-19 Kota Padang Sidempuan melakukan penelusuran terhadap orang-orang yang pernah berhubungan dengan Erni Dalimunte.

"Dari hasil penelusuran kita, ada sekitar 45 orang yang sudah atau pernah berinteraksi dengan PDP ini," kata dr. Nina.

Penolakan Warga Asal Padang Sidempuan

Kematian Erni Dalimunte berdampak serius terhadap banyak pihak di Kota Padang Sidempuan, terutama orang-orang yang pernah berhubungan dengan almarhumah. Pihak keluarganya, karyawan di tiga toko miliknya, dan para rekanan kerja yang merupakan pembeli di ke tiga tokonya jadi sasaran Tim Gugus Tugas Pengendalian dan Pencegahan Covid-19 Kota Padang Sidempuan.

Kabar hoak pun menyebar, menyebut beberapa karyawan alamarhumah di tiga tokonya terpapar Covid-19. Sebanyak 45 orang yang diduga berhubungan dengan almarhum selama hidupnya, diawasi secara ketat dan dikawal. Di Pal Opat Mari, Kecamatan Hutaimbaru, aparat keamanan mengawal rumah salah seorang karyawan di Aqila Kosmetik, dan seluruh anggota keluarga dilarang keluar rumah.

Isolasi dalam rumah itu menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat Pal Opat Maria, membuat semua anggota keluarga dari karyawan Aqila Kosmetik dikucilkan masyarakat. Begitu juga karyawan lain yang tinggal di daerah lain. Bahkan, salah seorang tukang pijit alamarhumah, diisolasi.

Kondisi semakin parah ketika Wali Kota Irsan Efendy Nasution kemudian menetapkan Kota Padang Sidimpuan sebagai daerah status darurat virus corona Covid-19. Pada Minggu, 5 April 2020 malam. Penetapan ini berdampak pada posisi warga Kota Padang Sidempuan di hadapn masyarakat lain.

Semua warga asal Kota Padang Sidempuan akhirnya dipukul rata sebagai pembawa virus corona. Di berbagai daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Padang Sidempuan, ditolak kehadirannya di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, Padanglawas Utara, Padang Lawas, dan Mandailing Natal. Di Kecamatan Sipirok, para pedagang yang berasal dari Kota Padang Sidempuan ditolak berjualan. Penolakan itu dilakukan oleh masyarakat, dan kondisi semakin parah karena Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul M. Pasaribu, tidak mengantisipasi situasi tersebut.

"Kami tak pernah menolak orang dari Kota Padang Sidempuan," kata Bupati Syahrul M. Pasaribu dalam berita yang diterbitkan Waspada edisi Senin, 6 April 2020. "Tidak pernah ada surat yang dikeluarkan untuk menolak warga Kota Padang Sidempuan datang ke Tapanuli Selatan."

Bupati Tapanuli Selatan, Syahrul M. Pasaribu, memang tidak pernah mengeluarkan surat dalam bentuk apapun yang isinya menolak kehadiran orang dari Kota Padang Sidempuan di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan. Tapi, di luar pengetahuan pemerintah daerah, warga melakukan pencegahan penyebaran Covid-19 melakukan aksi sweping terhadap siapa pun yang datang ke wilayahnya. 

Semua gerbang desa diportal dan dijaga ekstra ketat. Tidak seorang pun bisa masuk ke desa-desa di wilayah Tapanuli Selatan. "Saya tak bisa lagi berjualan di Tapanuli Selatan," kata pedagang bakso, warga Kecamatan Hutaimbaru, yang sering berjualan ke wilayah Desa Sitaratoit, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan.

Tak Ada Sampel Swab

Kematian Erni Dalimunte belum tentu karena Covid-19, terutama karena belum ada hasil uji Swab. Wali Kota Padang Sidempuan sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Padang Sidempuan, Irsan Efendi Nasution, seperti diberitakan Kompas edisi Sabtu, 4 April 2020, menyebut pihaknya belum bisa memastikan PDP itu positif atau negatif karena hasil tes swab belum ke luar dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Jakarta.

Namun, tiba-tiba Tim Dokter Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) RSUD Kota Padang Sidimpuan membantah pernyataan Wali Kota Padang Sidempuan. dr. Roni dan dr. Nina pada jumpa pers  di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Padang Sidimpuan, Minggu, 19 April 2020 sore, menyatakan pihaknya tidak pernah mengambil contoh cairan lendir (swab) Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 01 yang telah meninggal dunia dan dimakamkan di Medan.

“Kita tidak ada mengambil contoh swab, sehingga tidak bisa memberikan hasil positif atau negatif. Namun kami pastikan tim telah bekerja sesuai protokol,” tegasnya.

dr. Nina menambahkan, setelah 14 hari menjalani masa isolasi pertama, 51 orang kontak erat dengan almarhumah PDP 01 telah dilakukan uji darah lewat Rapid Test. Hasilnya, 11 orang dinyatakan reaktif.

“Termasuk seorang perawat Tim 1 yang ikut menangani PDP 01 saat diisolasi di RSUD Padang Sidimpuan. Adapun PDP 01 itu telah meninggal dunia ketika dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik Medan,” katanya.

Kemudian terhadap PDP 02 yang telah menjalani masa isolasi pertama di RSUD Sidimpuan juga telah dilakukan Rapid Test ketiga, hasilnya reaktif. Karena itu, PDP 02 dan seluruh Kontak Erat PDP 01 yang dinyatakan reaktif ini akan dilakukan isolasi masa kedua.

Isolasi mandiri akan dilakukan selama 14 hari di rumah masing-masing tetap dengan mempedomani protokol penanganan Covid-19. Kemudian atas perkembangan ini, Tim Dokter telah melaporkannya kepada Gugus Tugas PP Covid-19 Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan perkembangan yang terjadi saat ini, dr. Nina mengindikasikan bahwa Kota Padangsidimpuan telah terpapar Covid-19. Artinya, virus itu terindikasi sudah masuk dan ada ke kota ini.

Membingungkan Masyarakat

Keterangan yang disampaikan Tim Dokter Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) RSUD Kota Padang Sidimpuan membingungkan masyarakat, karena ada 11 pasien yang kontak erat dengan PDP 01 dinyatakan reaktif Covid-19. Padahal, PDP 01 belum dipastikan apakah meninggal karena Covid-19 atau tidak, dan hasil tes swab tidak pernah ada.

"Jangan plin-plan terkait situasi penyebaran Covid-19," kata Yusuf, salah seorang warga Kampung Daret. "Ini soal hidup dan mati masyarakat. Wali Kota harus tegas, apakah di Kota Padang Sidempuan ini  ada Covid-10 atau tidak biar masyarakat bisa bersikap."

Penulis:Efry Nasaktion
Editor: Budi Hutasuhut

Copyright © Sinar Tabagsel. Designed by OddThemes