Penulis: Ahmad Mulya Siregar | Jurnalis Sinar Tabagsel di Sipirok
![]() |
Dok: Kominfo Tapsel |
Sebanyak 4.500 jiwa penduduk di Lansekap Luat Harangan, Kecamatan Sipirok, dari tahun ke tahun hidup terisolir. Enam desa di Ibu Kota Kabupaten Tapanuli Selatan itu, tahun 2022 berstatus sebagai desa tertinggal berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) yang dirilis Kementerian Desa Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).
Mengacu pada laporan IDM 2022 itu, keenam desa di Lansekap Luat Harangan itu adalah: Desa Barnang Koling, Desa Dolok Sordang, Desa Dolok Sordang Julu, Desa Panaungan, Desa Pangaribuan, dan Desa Pargarutan. Sejumlah masyarakat yang ditemui Sinar Tabgsel, Minggu, 23 Januari 2023, mengatakan, mereka hidup serbasalah karena posisi geografis daerahnya terisolir akibat buruknya kondisi jalan.
"Kami sulit berhubungan dengan dunia luar, apapun hasil usaha tani yang kami miliki tak bisa dijual," kata Arman Simatupang, salah seorang warga yang dijumpai di Desa Pargarutan.
Menurut Biro Pusat Statistik Tapanuli Selatan dalam buku Sipirok Dalam Angka 2022, posisi Desa Pargarutan berada sekitar 34 km dari Kota Sipirok. Dihuni sebanyak 439 jiwa penduduk, desa yang dilalui jalan yang bisa tembus ke Kabupaten Padanglawas Utara ini terlihat senyap.
Arman Simatupang mengaku, kesibukan masyarakat di Desa pargarutan hanya bertani dan berladang. Namun, hasilnya tanaman budidaya tak mampu meningkatkan ekonomi masyarakat karena mereka tidak bisa menjualnya ke pasar. "Bagaimana mau ke pasar, jalan saja sangat buruk," katanya.
Kondisi infrastruktur jalan memang terlihat buruk, dan kondisinya semakin mengenaskan apabila musim hujan. Kondisi serupa juga terlihat pada sebagian besar jalan yang menghubungkan enam desa tertinggal di Luat Harangan tersebut.
Luat Harangan sebuah lansekap yang ada di kaki dan lereng Dolok Sordang, terdiri dari lima desa dan sembilan dusun. Berdasarkan Perda Nomor: 1 Tahun 2016, desa-desa yang ada saat ini merupakan hasil penggabungan sejumlah desa yang sebelumnya 2016 berdiri sendiri sebagai desa otonom. Kebijakan Bupati Tapanuli Selatan saat itu, Syahrul M. Pasaribu, menggabungkan desa-desa yang ada tidak memperhatikan asal-usul pembentukan desa-desa tersebut, sehingga banyak desa lama yang kemudian berubah menjadi dusun dari desa baru.
"Sejumlah desa yang kemudian berubah statusnya menjadi dusun, terpaksa harus menginduk ke desa-desa yang sebetulnya masih baru. Ini mempengaruhi hubungan antarwarga desa, karena terbelah antarawarga dusun dengan warga desa," kata Sultoni, warga Desa Dolok Sordang.
Dolok dalam bahasa masyarakat setempat (lihat Kamus Bahasa Angkola yang disusun Arden Siregar dkk) berarti bukit yang tingginya mencapai 1.000 meter di atas permukaan air laut, sementara bukit yang ketinggiannya di bawah 1.000 mdpl disebut "tor". Sedangkan bukit yang ketinggiannya lebih 1.000 mdpl disebut "sorik".
Desa Dolok Sordang mengambil nama bukit yang ada di daerah itu, yang merupakan bagian dari bentangan jejeran Bukit Barisan sebelah Barat. kawasan ini merupakan hutan yang berfungsi sebagai area tangkapan air (water chatment area) yang menjadi mata air bagi sungai-sungai yang bermuara ke Sungai Barumun. Udara sejuk dari kawasan hutan Sumatra yang merupakan habitat berbagai flora dan fauna langka dan menyimpan Danau Marsabut--objek wisata yang terbengkalai sejak era Gubernur Raja Inal Siregar.
Lansekap Luat Harangan masuk dalam wilayah Kecamatan Sipirok, terisolir dalam segala dinamika pembangunan daerah, membuat masyarakat di kawasan ini tidak bisa menikmati arti dari pembangunan. Bupati Tapanuli Selatan berkali-kali berjanji ingin membangun jalan dari dan menuju kawasan lansekap Luat Harangan, tetapi janji politik tidak kunjung terealisasi.
Pada masa Bupati Dolly P Pasaribu, janji untuk memperbaiki infrastruktur jalan dari dan ke Luat Harangan juga disampaikan, dan akan dilakukan 2021 dengan mengangarkan Rp4,6 miliar. Namun, pada 2021 tidak ada pembangunan infrastruktur jalan dari dan ke Luat Harangan karena refocusing anggaran Covid-19.
Janji kembali dibuat Bupati Tapanuli Selatan dengan menganggarkan dana dalam APBD 2022 untuk meningkatkan kualitas infrastruktur jalan raya hingga bisa tembus dari Simpang kelurahan Bunga Bondar di Kecamatan Sipirok sampai Simpang Maragordong di Kecamatan Angkola Timur. Namun, beberapa proyek yang dibiayai APBD 2022 itu dibatalkan seperti proyek "Lanjutan Peningkatan Jalan Sipirok - Bunga Bondar - Gadu Kecamatan Sipirok" yang dianggarkan senilai Rp1,1 miliar dalam APBD-P 2022.
Bahkan, dalam APBD 2023, Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp4,6 miliar untuk meningkatkan kualitas infrastruktur jalan raya dari dan ke Luat Harangan. "Kami selalu dijanjikan dari tahun ke tahun," kata Rahman, warga Desa Dolok Sordang.
Dia mengatakan, beberapa waktu lalu Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Tapsel, Fachri Ananda, mengadakan musyawarah dengan masyarakat Desa Dolok Sordang untuk memberitahu keinginan pemerintah membangun infrastruktur jalan.
"Katanya ada Rp4,6 miliar untuk perbaikan titik-titik jalan di Luat Harangan," katanya.

Posting Komentar