Petani Cabai di Sipirok Kesulitan Pupuk

Reporter: Boyke Hamonangan | Editor: Budi Hutasuhut

Para petani cabai di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, mengeluhkan pupuk bersubsidi menghilang dari pasaran (pupuk subsidi langka), dan pupuk non-subsidi belakangan sudah mulai susah ditemui di agen-agen pupuk. 

"Ada pupuk pada beberapa pedagang, tapi harganya naik dua kali lipat," kata Borkat asal Desa Pahae Aek Sagala, petani cabai yang mengelola tiga mulsa (satu mulsa sekitar 1.000 batang, Red), saat ditemui di ladangnya, Selasa, 16 november 2021. "Sekali sepekan kami harus mengecor (memupuk, Red)." 

Dia menuturkan, kebutuhan pupuk bagi petani cabai bukan saja mendesak tetapi sangat urgen karena pertumbuhan tanaman cabai yang baru ditanam akan terganggu jika tidak langsung diberi pupuk.  Tanpa pupuk, tingkat pertumbuhan tanaman cabai akan terganggu dan dampaknya akan mempengaruhi produktivitas hasil.


Borkat berharap, pemerintah daerah memperhatikan persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi ini dan segera mencari solusi. "Kami sudah mencoba pupuk kandang, tapi hasilnya tidak akan memuaskan," katanya.

Rasman, petani cabai di Desa bagas Lombang yang membudidayakan sebanyak satu mulsa, mengeluhkan hal yang sama.  Dia mengaku, tanaman cabainya  kini sudah lima tingkat (tingkat ini merupakan istilah untuk menyebut percabangan pada tanaman cabai, Red), dan sudah belajar panen.  "Harga cabai sekarang sedang bagus, Rp30.000 sampai Rp35.000 per kg," kata dia.

Rasman mengkhawatirkan dia tidak akan bisa panen maksimal karena tanaman budidayanya tidak mendapat kebutuhan pupuk sebagaimana seharusnya, karena cabai yang ditanamnya sudah dua pekan tidak mendapat pupuk. "Untuk tanaman yang baru belajar panen, butuh pasokan pupuk yang rutin," kata dia.

Dia mengaku sudah dua kali panen cabai dan hasilnya belum banyak. "Rabu (17 November 2021, Red), saya akan panen lagi, tapi hari ini saya lihat tidak banyak yang merah," katanya.

Hal yang sama dikeluhkan Yusuf, petani cabai asal Desa Paranjulu, yang mengelola satu mulsa. Usia tanaman budidayanya baru dua pekan, dan tanaman itu membutuhkan pemupukan yang rutin. "Pekan ini saya belum mengecor karena tidak ada pupuk di toko," katanya.

Para petani cabai ini berharap agar pemerintah daerah mengambil langkah untuk mengatasi hilangnya pupuk dari pasar. 

Sesuai data di Kementeri Pertanian, pemerintah pada tahun 2021 mengalokasikan 9,04 juta ton pupuk bersubsidi, dan 1,5 juta liter di antaranya merupakan pupuk organik cair. 

Sampai 30 Maret 2021, dari target setahun 9,04 juta ton, sudah tersalurkan 1,9 juta ton. Terdiri dari Urea 885.428 ton, SP36 75.973 ton, ZA 159.535 ton, NPK 648.118 ton, NPK Khusus 1.696 ton, dan Organik granul 132.360 ton. Sementara organik cair masih 0. *

Copyright © Sinar Tabagsel. Designed by OddThemes