Reporter: Ayu Ningsih I Editor : Budi Hutasuhut
Sejak tahun 1856 pemuda dari Tapanuli bagiian Selatan sudah menjadi pionir dalam banyak bidang, mulai dari kedokteran, pendidikan, pers, sastra, kebudayaan (bahasa), dan pergerakan.
Akhir Martua Harahap, pengamat masalah sejarah Tapanuli bagian Selatan, mengungkapkan hal itu dalam webbinar yang digelar Bagas Godang Institut dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda, Kamis, 28 Oktober 2021.
Dia membabar, dokter pertama warga pribumi bernama fokter Asta dari Mandailing. Pada tahun 1856, Asta muda berangkat le Batavia dan mendaftar di sekolah kedokteran yang saat itu diperuntukan bagi warga Eropa.
Tahun 1857, giliran Sati Nasution yang kemudian berubah nama jadi Willem Iskander setelah dibaptis masuk Keristen, berangkat ke Belanda untuk mengikuti pendidikan guru. "Willem Iskander dari Tano Bato, Mandailing, orang Indonesia yang pertama bersekolah ke Belanda," katanya.
Akhir Martua Harahap, seorang ahli statistik yang mengajar di Universitas Indonesia, menyebit Willem Iskander adalah inspirator bagi generasi muda berikutnya. Dia mendirikan sekolah, Kweekschool Tano Bato, dan dari sekolah itulah muncul generasi muda yang pionir di bidang masing-masing.
"Pendidikan di Tani Bato yang kemudian dipindah ke Padang Sidempuan, melahirkan alumni seperti Sutan Casayangan. Dia orang pertama Indonesia yang mendirikan organisasi pelajar di luar negeri," katanya.
Pembabaran dan pembabakan sejarah yang dibuat Akhir Martua Harahap sangat runut, dan mempunyai garis merah bahwa semua pelaku pergerakan nasional sejak era Boedi Otomo masih dapam satu rangkaian. "Setiap generasi saling mendukung, semacam estapet," katanya, "Semua bergerak atas nama persatuan dan lesatuan."
Baharuddin Aritonang, mantan anggota DPR RI, yang juga putra daerah Tapanuli bagian Selatan, tampil sebagai pemantik dalam webbinar tersebut. Penulis buku Orang Batak Berpuasa ini meminta para generasi muda di Tabagsel untuk mengikuti langkah yang telah dibuat generasi lama.
"Ambil peran masing-masing, lakukan apa yang bisa dilakukan," katanya.
Baharuddin Aritonang juga menekankan, generasi muda jangan terlalu memikirkan ingin melakukan hal-hal besar karena semua hal yang dianggap kecil bisa berdampak besar.
"Perdulilah kepada sesama. Ikutlah mengingatkan masyarakat akan bajaya Covid-19, misalnya," katanya.
Bagas Godang Institute merupakan wadah yang dibentuk oleh para anak muda yang ada di Tapanuli Bagian Selatan.
Posting Komentar