Tahun Baru, Adaptasi Baru

Tahun 2020 sudah kita lalui, dan banyak hal baru yang kita peroleh, terutama setelah virus corona (Covid-19) mewabah. 

Kita harus memiliki cara hidup baru, mencuci tangan, memakai masker, dan membatasi keluar rumah.  Banyak kalangan yang menilai, cara hidup baru ini cenderung anti-sosial. Kita mesti mencurigai siapa pun bakal menjadi penyebar Covid-19, dan kita berpikir dua kali untuk menerima tamu di rumah, dan kita memproteksi anak-anak agar tidak bertemu dengan sembarang orang. Perlahan dan pasti, kita dan seluruh anggota keluarga, hidup dalam paranoia: bercuriga kepada siapa saja. Malangnya, orang lain pun seperti kita, menanam rasa curiga. 

Hidup di tahun 2020 ditandai dengan berkurangnya kedekatan kita dengan orang-orang yang selama ini sering kita temui. Bertamu atau bersilaturahmi menjadi hal yang harus dipikirkan berulang-ulang karena pertemuan dengan orang lain dihindarkan.

Gaya hidup baru ini meresahkan. Sebagian orang kehilangan pekerjaan karena ada pembatasan karyawan. Sebagian lainnya kehilangan keluarga, karena harus diisolasi demi tuntutan pekerjaan seperti yang dialami para tenaga medis. Sebagian lainnya, sibuk mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah. Dan, pemerintah sendiri, sibuk mengubah kebijakan-kebijakan baru yang disesuaikan dengan kondisi Covid-19.

Tiap sebentar, ada saja orang-orang di dekat kita yang dinyatakan terjangkit Covid-19. Jumlah pasien Covid-19 terus bertambah, jumlah korban begitu juga. 

Hidup kita dalam cekaman ketakutan selama 2020. Dan tahun itu sudah berlalu, kini 2021. Rasa takut akan tertular Covid-19 belum hilang. Cuma, sudah ada penemuan vaksin anti-Covid-19.  Persoalan muncul karena publik kurang mempercayai vaksin ini. Terlalu lama hidup dalam kecurigaan selama 2020 membuat siapa saja bercuriga bahwa vaksin Covid-19 itu sebuah kebohongan. Orang menghindari vaksin, meskipun usaha itu akan gagal.

Pemerintah membuat kebijakan soal vaksin sebagaimana kebijakan pemerintah soal vaksin-vaksin lainnya. Setiap warga wajib divaksin untuk memutus penyebaran wabah penyakit. Persoalannya, vaksin Covid-19 sudah mendapat penolakan sejak sebelum ditemukan, dan pemerintah harus kerja ekstra dalam meyakinkan publik tentang betapa pentingnya vaksin ini.

Menghadapi tahun 2021, kita harus beradaptasi dengan kehidupan baru. Burung-burung fincs di Kepulauan Galapagos dalam pengamatan Charles Darwin memiliki paruh yang berbeda antara fincs yang tinggal di satu tempat dengan fincs yang tinggal di tempat lain. Perbedaan itu terjadi karena burung-burung fincs menyesuaikan diri dengan makanannya. 

Dengan pengamatan itu, Charles Darwin yang kemudian kita kenal sebagai penemu teori evolusi, berkesimpulan bahwa orang yang sukses dalam kehidupan adalah orang yang mampu beradaptasi dengan lingkungan. Artinya, jika kehidupan kita pada 2021 ditandai dengan semakin besarnya pengaruh Covid-19, sudah seharusnya manusia menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. 

Burung-burung fincs adalah hewan yang mencari makan dengan paruh untuk mendapatkan biji, dan burung-burung fincs mampu mengubah bentuk paruhnya demi agar bisa mematok biji-bijian. Konon lagi manusia yang punya derajat berbeda, ada akal dan mendapat pengetahuan, tentu akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. 

 


  

alt gambar
Copyright © Sinar Tabagsel. Designed by OddThemes