Raup Sejuta Per Hari dari Bunga Hias

Bisnis tanaman hias atau yang dikenal sebagai industri florikultural sedang tumbuh di Kota Padang Sidimpuan dalam dua bulan terakhir. Tidak sedikit muncul pelaku usaha baru, menjajakan ragam varietas tanaman hias, memanfaatkan ruang-ruang sempit di rumah masing-masing. 

Geliat pertumbuhan ekonomi yang oleh para pengamat disebut sebagai fenomena monkey business ini, diargumentasikan tidak akan bertahan lama, sama sperti fenomena batu akik.  

Linni Hutapea (31) tahun sedang sibuk melayani pembeli yang menghubungi lewat WhatApp ketika Sinar Tabagsel mengunjungi Mam's Rathu Nursery di Kelurahan Batunadua Jae, Kecamatan Batunadua, Minggu, 15 November 2020. Dia memberi isyarat agar Sinar Tabagsel menunggu sambil melihat-lihat koleksi ragam varietas bunga hias yang dipajang di tempat usahanya yang berukuran 8x6 meter, dibangun di depan rumahnya, berupa sebuah bangunan berdinding kain kasa. 

Tampak ratusan varietas bunga hias, baik dalam pot maupun di polibek, ditata apik di atas rak-rak yang tersusun rapi. Ada rumpun Keladi Varigata, jenis Caladium berdaun putih yang belakangan menjadi viral di media sosial karena harganya mencapai jutaan rupiah per rumpun. Berbagai jenis varietas keladi (Caladium sp.) juga terlihat dikoleksi Mam's Rathu Nursery seperti ragam varietas alokasi, ragam varietas calathe, anglomena, vince atau tapak dara, dan berbagai tanaman hias yang akhir-akhir ini banyak diburu para pehobi tanaman hias. 

"Maaf telah membuat Kalian menunggu," kata Linni Hutapea sembari menghampiri Sinar Tabagsel. "Saya harus menjawab pesanan pelanggan lewat WhatApp."

Linni Hutapea mengaku pelanggannya dari Sibolga, Madina, Padang Bolak, Sibuhuan, Tarutung, Medan, Rantau Parapat, Kota Pinang, dan beberapa kota lainnya. Para pelanggan itu memesan secara online karena Linni Hutapea mempromosikan bunga hias koleksi Mom's Rathu Nursery lewat media sosial. "Zaman sudah serba digital, ini menguntungkan usaha kami. Pembayaran juga via banking link," katanya. 

Menurut Linni Hutapea, Mom's Rathu Nursery sudah dibangunnya sejak 2015 karena hobbi bertanam bunga hias. Awalnya, dia hanya gemar mengoleksi berbagai jenis bunga hias, terutama keladi, anglonema, dan anggrek. Sering, koleksi bunga hiasnya didapat dengan cara tukar koleksi dengan penghobi lain, tidak jarang juga membeli di toko-toko bunga.    

"Semua bunga koleksi itu saya rawat baik. Tidak jarang orang datang untuk membeli karena saya berpromosi di media sosial," katanya.

Dia mengaku menjadi penghobi bunga hias memaksanya untuk terus belajar tentang karakteristik setiap bunga hias agar mengerti cara merawatnya supaya tumbuh dengan baik. Selain itu, dia juga sering tukar-pikiran dengan para pehobi bunga lannya, terutama berkaitan dengan teknik pengembang biakan bunga hias.  

"Saya mulai menyadari hobbi bunga hias ini bisa dikembangkan menjadi sebuah industri skla rumah tangga sejak beberapa koleksi saya dibeli pelanggan dengan harga yang tinggi. Soal harga jual, saya mengacu ke harga yang berkembang secara nasional dengan mengikuti internet," katanya. 

Menurut Linni Hutapea, Sejak pandemi Covid-19 mewabah dan pemerintah membuat kebijakan agar masyarakat di rumah saja, dia sudah memperkirakan bisnis tanaman hias ini akan fenomenal. Pasalnya, semakin banyak waktu masyarakat di alam rumah, akan membuat masyarakat mencari alternatif kegiatan. "Sejak itu saya semakin sering memposting koleksi bunga dan pembeli saya mulai bertambah," kata Linni. 

Sebagain besar pelanggan Mom's Rathu Nursery berasal dari luar Kota Padang Sidimpuan. Beberapa di antara pelanggan itu merupakan pelaku usaha bisnis bunga hias. "Mereka mencari varietas bunga hias yang baru, yang belum pernah dimiliki meskipun sudah tahu ada varietas sejenis. Koleksi saya lumayan lengkap, karena saya sudah mengumpulkannya sejak lama," katanya. 

Dari sekian banyak koleksi bunga hias di Mom's Rathu Nursery, hanya keladi dan aglomena yang diminati pelanggan. Untuk varietas keladi, pelanggan memburu varietas Caladiun varigata yang berwarna putih. "Untuk baby Caldium varigata yang berusia sebulan saja saya bisa menjual Rp50.000 sampai Rp100.000 per polibek, tergantung dominasi warna putihnya," katanya. 

Selama dua bulan terakhir, Linni Hutapea mengaku sudah menjual lebih 500 polibek anakan Caladium varigata. Sementara indukkannya bisa terjual Rp200.000 sampai Rp1 juta per pot. "Permintaan Caladium varigata sebagian besar datang dari Sibolga. Pembeli di Kota Padang Sidempuan lebih berminat pada bunga hias varietas lain seperti anglonema dan kalathea," katanya. 

Menurut Linni, dalam sehari penjualan bunga hias ragam varietas berkiar Rp1 juta sampai Rp2 juta. "Sayangnya, bisnis ini tiak didukung pasokan bunga dari petani. Persediaan bunga jadi kurang karena kita tetap melakukan budidaya," katanya. 

Penulis: Fajri Iklas Tambuhan | Editor : Dian MS Siregar

alt gambar
Copyright © Sinar Tabagsel. Designed by OddThemes