Penulis: Efry Nasaktion | Editor: Budi Hutasuhut
 |
| Masyarakat Desa Sisundung melakukan hajat MCK (mandi, cuci, dan kakus) di sungai Batang Angkola. |
Puluhan tahun PDAM Tirtanadi, BUMD milik Pemda Provinsi Sumatra Utara yang bergerak di bidang penyediaan air minum, menyedot air bersih dari sumbernya di Desa Sisundung, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan (Tapsel), dan nyaris tak berkontribusi terhadap masyarakat.
BAK pepatah lama "ayam mati kelaparan di lumbung", begitulah nasib masyarakat Desa Sisundung. Mereka memiliki sumber mata air, tetapi masyarakatnya selalu kekurangan air bersih. Hanya ada lima titik sambungan hidran umum (HU) yang dipasang, tapi sebagian besar telah berubah menjadi sambungan rumah tangga (SR). Sambungan air minum itu pun sudah tidak memadai, pasokan airnya sering mati.
Air dari PDAM Tirtanadi relatif hanya untuk minum. Sementara kebutuhan lain untuk mandi cuci dan kakus (MCK) mengandalkan Batang Angkola. Tiap pagi dan sore, Batang Angkola akan dipenuhi oleh warga Desa Sisundung untuk menjalankan hajatr MCK. Pemandangan kegiatan MCK berlangsung terbuka, dan warga tampak menikmati situasi tersebut.
Desa Sisundung memiliki 5 dusun dengan kontur geografis bergunung-gunung. Sesuai data Indeks Desa Membangun (IDM) Provinsi Sumatra Utara, nilai IDM desa ini hanya 0,4775 atau termasuk desa sangat tertinggal. Padahal, desa ini memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah, termasuk sumber daya air bersih. Namun, poternsi yang dimiliki dimanfaatkan selama puluhan tahun oleh pihak lain, dan masyarakat hanya menonton ketika PDAM Tirtanadi mengeruk banyak keuntungan dari menjual air bersih untuk masyarakat di Kota Padang Sidimpuan.
Desa Sisundung bisa disebut bagian hulu dari Batang Angkola sehingga air sungai ini jernih dengan dasar sungai berupa batu dan pasir. Sebab itu, PDAM Tirtanadi menyedot air bersih dari Desa Sisundung, tepatnya di Dusun Huta Tunggal sebanayak 40 liter/detik, lalu mengalirkannya ke reservoir yang ada di Dusun Batang Angkola.
Dari reservoir itu, air dialirkan menggunakan pipa besi transmisi berdiameter 300 mm, melintasi areal perkebunan milik masyarakat Dusun Huta Tunggal menuju tanki-tanki milik PDAM Tirtnadi di Kota Padang Sidimpuan. Dari sana, PDAM Tirtanadi mengalirkan air bersih untuk ribuan pelanggan dalam bentuk sambungan rumah tangga (SR).
Berdasarkan data Proyek SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, apabila kapasitas air minum mencapai 10 liter/detik, maka air sebanyak itu bisa dipergunakan untuk 1.000 SR. Dengan kata lain, dengan kapasitas 40 liter/detik, berarti PDAM Tirtanadi mampu membagi air dari Desa Sisundung untuk 4.000 SR.
Direktur Utama PDAM Tirtanadi, Kabir Bedi, dalam presentasi untuk Dewan Juri Top BUMD Awards 2021, mengatakan tarif air bersih yang dikenakan PDAM Tirtanadi terhadap pelanggan Rp4.500 per m3, atau tingkat HPP (harga pokok produksi) air Rp4.000 per m3.
Jumlah pelanggan PDAM sebanyak 502.503 di seluruh Provinsi Sumatra Utara, sementara di wilayah pemasaran PDAM Tirtanadi Padang Sidimpuan sebanyak 6.000 SR. Jika satu pelanggan membanyar Rp4.000 per m3 per bulan, atau Rp4.000 x 12 bulan dalam setahun, PDAM Tirtanadi memperoleh Rp48.000 per bulan dari satu SR (pelanggan).
Sesuai data di Biro Pusat Statistik Kota Padang Sidimpuan, jumlah pelanggan air minum di Kota Padang Sidimpuan mencapai 15.000 SR, atau sebanyak lebih 11.000 merupakan pelanggan PDAM Tirtanadi dan lainnya pelangan PDAM Tirta Ayumi, BUMD milik Pemda Kota Padang Sidimpuan. Pelanggan PDAM Tirtanadi merupakan pelanggan lama yang telah puluhan tahun mengonsumsi air minum dari PDAM Tirtanadi yang sumbernya berasal dari Desa Sisundung.
Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi mencapai 11.000 SR. Jika dari satu pelanggan PDAM Tirtanadi memperoleh Rp48.000 per tahun, maka dalam setahun PDAM Tirtanadi memperoleh 11.000 pelanggan dikalikan Rp48.000 atau sekitar Rp528.000.000 per tahun.
PDAM Tirtanadi sudah mengeksploitasi sumber air di Desa Sisundung sejak dekade 1980-an. Jika dihitung sejak 1990 saja, berarti sudah 31 tahun PDAM Tirtanadi mengeksploitasi sumber air Desa Sisundung. Jika dihitung dari keuntungan finansial yang diperoleh PDAM Tirtanadi, atau Rp240 juta dikali 31 tahun, berarti lebih Rp16,5 miliar keuntungan yang diperoleh PDAM Tirtanadi.
Pada tanggal 10 September 2009, telah ditandatangani Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No 10 Tentang Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi yang menyatakan bahwa tujuan pokok PDAM Tirtanadi adalah untuk mengelola dan menyelenggarakan pelayanan air minum yang memenuhi persyaratan kesehatan dan untuk mengembangkan perekonomian daerah, meningkatkan pendapatan daerah, serta meningkatkan kualitas lingkungan dengan memberikan pelayanan pengumpulan dan penyaluran air limbah melalui sistem perpipaan dalam rangka untuk mencapai kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Mengacu kepada Perda 10/2009 itu, mestinya keberadaan PDAM Tirtanadi di lingkungan masyarakat Desa Sisundung lebih berkontribusi. Sayangnya, keberadaan PDAM Tirtanadi tidak mampu membuat status Desa Sisundung terangkat untuk lepas dari desa sangat tertinggal di Provinsi Sumatra Utara.
Kerja Sama Operasional dengan Pemda
Dalam rangka pengembangan cakupan pelayanan air minum bagi masyarakat Sumatera Utara, PDAM Tirtanadi melaksanakan kerjasama operasi (KSO) dengan Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun, KSO PDAM Tirtanadi dengan Pemda Tapanuli Selatan belum diperbaharui hingga saat ini, meskipun Kabupaten Tapanuli Selatan sudah mengalami pemekaran wilayah.
KSO tersebut secara geografis akhirnya antara PDAM Tirtanadi dengan Kota Padang Sidimpuan. Namun, Wali Kota Padang Sidimpuan, Irsan Efendy Nasution, meminta PDAM Tirtanadi mengkaji ulang KSO tersebut mengingat nilai bagi hasil sangat minim.
Wali Kota Irsan Efendi Nasution menyanyamopaikan hal itu saat menerima kunjungan Direktur Utama PDAM Tirtanadi, Kadir Bedi, bersama rombongan di ruang kerja, pada Rabu, 6 Oktober 2021. Menurut Wali Kota Irsan, selama ini Kota Padang Sidimpuan memperoleh bagi hasil sebesar Rp70 juta per tahun.
Dengan kata lain, selama ini Kota Padang Sidimpuan mendapat dana bagi hasil PDAM Tirtanadi sebesar Rp70 juta per tahun. Namun, masyarakat Desa Sisundung yang memiliki sumber air untuk 11.000 pelanggan PDAM Tirtanadi di Kota Padang Sidimpuan nyaris tidak mendapatkan apapun dari PDAM Tirtanadi. *
COMMENTS