.

PLN Kelebihan Daya Listrik, Tapi Sumatra Utara Masih Byarpet

Budi Hutasuhut | Jurnalis Sinar Tabagsel

PT PLN (Persero) mengalami kondisi kelebihan (over supply) daya listrik hampir di seluruh sistem kelistrikan yang ada di Indonesia, sementara di sejumlah daerah di Provinsi Sumatra Utara persoalan klasik kekurangan daya listrik menyebabkan byarpet tak kunjung teratasi.

Sejumlah sistem interkoneksi kelistrikan di Indonesia mengalami kelebihan produksi daya listrik seperti di interkoneksi Kalimantan 57%, Lombok 37%, Jawa Bali 44%, Nias 89%, Sulutgo 47%, dan Ternate 58%. Kelebihan daya listrik ini rata-rata di atas 40% diduga terjadi akibat belum normalnya kondisi perekonomian pasca pandemi Covid-19, sementara pusat pembangkit listrik terus berproduksi.  

Pada 2019, PLN sudah mengalami kelebihan daya listrik akibat minimnya permintaan daya listrik, sementara perusahaan pembangkit tenaga listrik terus berproduksi. Sejumlah konsumen berupa kalangan investor terimbas pandemi Covid-19, sehingga pasokan daya listrik yang begitu besar tak tersalurkan. Kondisi tahun 2019 itu belum berubah sampai sekarang meskipun dampak Covid-19 sudah berkurang. 

Akibat kelebihan daya listrik ini, sejumlah sistem interkoneksi kelistrikan yang dikelola PLN harus mengeluarkan beban biaya operasional yang lebih tinggi. Sementara PLN belum punya gambaran yang pasti tentang konsumen pemakai daya listrik tersebut, karena dampak Covid-19 masih belum berpengaruh pada peningkatan permintaan pasokan listrik.

Kondisi kelebihan daya listrik paling parah terjadi di interkoneksi Jawa-Bali meskipun hanya mencapai 44%. Pasalnya, pada 2019 sistem Jawa Bali seimbang antar pasokan dan permintaan. Pada 2020 permintaan daya listrik menurun drastis, sementara pasokan semakin bertambah dengan mulai beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara dari program 35.000 Mega Watt (MW).

Ketidakseimbangan pasokan listrik dengan permintaan daya listrik di interkoneksi Jawa-Bali dilihat dari persentase memang lebih rendah dibandingkan kelebihan daya listrik di daerah lain. Namun, dilihat dari kondisi perekonomian Jawa-Bali yang merupakan pusat dari permintaan terbesar daya listrik PLN, kelebihan daya 44% menunjukkan harus ada upaya untuk memanfaatkan potensi kelebihan daya listrik tersebut. 

Dilihat dari persentase, kelebihan daya listrik paling besar memang terjadi di interkoneksi Kalimantan, sebesar 57%. Tapi, kondisi itu jauh lebih baik dibandingkan situasi kelebihan daya listrik pada 2022 yang mencapai 67%. Berdasarkan data PLN yang diterima Sinar Tabagsel, status Desember 2022, cadangan daya mampu netto (DMN) di Kalimantan tercatat sebesar 2.304 Mega Watt (MW), sementara beban puncak 1.381 MW, sehingga terdapat cadangan sebesar 923 MW atau 67%.

Sementara di Jawa-Bali, cadangan tercatat 47% atau sekitar 13.469 MW pada Desember 2022. DMN di Jawa-Bali tercatat sebesar 42.069 MW, sementara beban puncak 28.600 MW.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, saat rapat dengan Komisi VII DPR RI, Rabu, 5 Juli 2023, mengatakan over supply menyebabkan biaya operasional lebih tinggi lagi. Kondisi ideal di antara 24%-35%.

Kondisi kelebihan daya ini bakal terus membayangi PLN sampai tahun 2026, karena masih ada pembangkit listrik yang masuk ke dalam sistem PLN. Sementara PLN belum mengetahui berapa pertumbuhan permintaan daya listrik.

“Kita akan menambah permintaan agar pasokan terimbangi," kata Darmawan.

Listrik Sumatra Utara

Kelebihan daya listrik di sejumlah sistem kelistrikan interkoneksi di daerah justru berbanding terbalik dengan kondisi di Sumatra Utara. Meskipun PLN selalu menegaskan bahwa kondisi daya listrik di Sumatera baik-baik saja, kenyataannya persoalan byar pet masih menjadi masalah klasik yang tak kunjung teratasi. 

Sesuai data di PLN, cadangan listrik di interkoneksi Sumatra sebesar 40% atau sekitar 2.555 MW dengan DMN 8.916 MW dan beban puncak 6.361 MW. Dengan kondisi cadangan daya listrik seperti itu, tidak seharusnya konsumen PLN di Sumatra. terutama di berbagai wilayah di Provinsi Sumatra Utara, mengalami kasus pemadaman listrik secara berulang-ulang. 

Di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, misalnya. Meskipun PLN melaporkan, prognosa Kondisi Sistem Kelistrikan Sumatera menyambut Idul Adha 1444 H secara umum dalam kondisi aman dengan DMP Sistem Sumatera sebesar 7.166 MW dengan beban 5.332 MW sehingga cadangan sebesar 1.834 MW atau 34,4%, kenyataannya jaringan listrik mati berkali-kali saat perayaan Idul Adha 1444 H di Kecamatan Sipirok.

Pemadaman listrik oleh PLN terjadi tanpa pemberitahuan, berlangsung dalam waktu singkat dan berulang-ulang. Kondisi ini lebih menunjukkan, pelayanan PLN terhadap masyarakat sangat buruk. Padahal, PLN acap membeberkan sejumlah fakta keberhasilan pembangunan pembangkit listrik di wilayah Sumatra Utara. 

Berdasarkan data di PLN, PT PLN (Persero) sudah menambah pasokan listrik sebesar 6.229 Mega Watt (MW) hingga 2028 untuk daerah Sumatera Utara.  Direktur Bisnis PLN Regional Sumatera, Wiluyo Kusdwiharto, dalam siaran pers yang dikutif sejumlah media,  mengatakan, PLN memiliki daya cadangan sebesar 1.346 Mega Watt (MW) yang dapat langsung dimanfaatkan oleh para investor di Sumatera Utara. 

Per Maret 2020, PLN Sumatera Utara memiliki total kapasitas daya mampu sebesar 3056 MW dengan beban puncak 1831 MW, dengan daya sebesar 143 MW dikirim ke Aceh. Sementara sebanyak 1.346 MW akan diberikan PLN untuk mendorong pertumbuhan investasi di Sumatera Utara. 

Selain itu, PLN juga menambah pasokan hingga total 6.229 MW secara bertahap hingga tahun 2028 berupa energi baru terbarukan (EBT). Penambahan 6.229 MW tersebut di antaranya terdiri dari beberapa pembangkit yang sudah COD pada 2020 seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Hasang 13 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Sumbagut 2 Peaker 240 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sorik Merapi Unit 2 kapasitas 45 MW. 

Adapun pembangkit yang COD pada 2021 hingga 2028 yakni PLTP Sorik Merapi Unit 3 kapasitas 50 MW, PLTA Peusangan 1 kapasitas 43 MW, PLTP Sorik Merapi Unit 4 kapasitas 50 MW, PLTA Peusangan 2 kapasitas 45 MW, PLTU Sumut 1 kapasitas 300 MW, PLTU Meulaboh/Nagan Raya Unit 3 dan 4 kapasitas 400 MW, PLTA Asahan 3 Unit 1 kapasitas 87 MW, dan PLTGU Belawan 3 kapasitas 430 MW.  

Selain itu PLTA Kumbih 3 kapasitas 45 MW, PLTA Asahan 3 unit 2 kapasitas 87 MW, PLTGU Sumbagut Wellhead 200 MW, PLTA Batang Toru 510 MW, PLTU Sumut 2 kapasitas 600 MW, PLTA Pump Storage 250 MW, PLTA Sarulla Ekspansi 700 MW, Transfer 275 kV (Tol Listrik Sumatera) 350 MW dan Transfer 500 kV via Tol Listrik sebesar 1500 MW serta Pembangkit IPP (Independent Power Producer) tersebar dibawah 10 MW. 

Berbagai penambahan kapasitas hingga 2028 tersebut menunjukkan PLN bisa menjamin keamanan pasokan listrik Sumatera Utara hingga 10 tahun ke depan. Di samping itu banyaknya pembangkit EBT yang akan dan sedang dibangun juga menunjukkan komitmen PLN terhadap penggunaan pembangkit berbahan energi ramah lingkungan. 


Tidak ada komentar

Beranda